, APAC
298 views

Bagaimana merek global dapat memimpin e-commerce di Asia Tenggara

ZALORA menyediakan merek berdasar informasi berbasis data 2.6 juta pengguna

E-commerce di Asia Tenggara tumbuh pesat ketika konsumen beralih ke saluran online. Karena pertumbuhan ini berlanjut di tahun-tahun mendatang, tantangan bagi retailer sekarang adalah untuk lebih memahami pasar yang sangat kompleks dan beragam.

Menurut laporan Google, Temasek, dan Bain & Co., terdapat sekitar 40 juta pengguna internet baru di kawasan Asia Tenggara pada tahun 2020. Pertumbuhan tersebut juga mencatat adanya kenaikan pelanggan aktif ZALORA sebesar 23,9% YoY, mendorong peningkatan 41,4% dalam nilai bersih penjualan pada kuartal pertama 2021.

“Asia Tenggara adalah wilayah yang sangat kompleks dan beragam, sebagian besar merek cenderung membangun pusat logistik di Singapura. Mereka  mencoba  melayani seluruh pelanggan mereka di wilayah tersebut, atau bekerja dengan mitra yang berbeda di setiap negara melalui jaringan franchisor atau distributor,”kata Simone Cortini, Marketplace and platform services director ZALORA, mengatakan kepada Retail Asia.

"Sementara jaringan distributor memiliki nilai untuk perdagangan offline dalam dunia online yang terkoneksi, namun mereka sering membawa masalah seperti perbedaan harga lintas negara dan bermacam-macam perbedaan lintas negara yang lainnya," katanya juga sembari menambahkan bahwa hal ini dapat membuat pelanggan menjauh dari waktu ke waktu dan membuat mereka berpindah ke merek lain.

Merebut momentum e-commerce Asia Tenggara

Agar merek produk busana dan ritel tetap unggul dalam persaingan, Cortini mengatakan merek harus memastikan bahwa mereka memiliki strategi omnichannel yang jelas dan akses ke data mendorong pengambilan keputusan yang kuat. Mereka juga harus memiliki pengalaman pelanggan yang koheren dan kualitas layanan di seluruh saluran digital serta strategi pemasaran yang disesuaikan secara lokal.

ZALORA memenuhi keempatnya melalui paket layanan ZALORA serta TRENDER, yang membantunya memberikan informasi data yang mendalam untuk menjelajah pasar Asia Tenggara  yang kompleks.

"Karena semakin banyak konsumen yang melakukan belanja online, salah satu sumber daya paling penting yang perlu dimanfaatkan oleh merek adalah data," kata Cortini.

Hal ini berguna untuk memberikan informasi asli tentang kebutuhan konsumen sehingga mereka dapat lebih mengantisipasi perilaku belanja dan menyusun strategi keterlibatan konsumen yang lebih efektif, proses desain, dan bahkan dapat memberikan proyeksi.

Melalui ini, merek dapat menyajikan penawaran produk yang tepat dengan harga yang tepat serta melalui saluran yang tepat. ZALORA, misalnya, menggunakan TRENDER Professional untuk mendapatkan data dari 2,6 juta pengguna aktifnya yang memungkinkannya untuk memberikan informasi tentang segmentasi geografis, perilaku pembelian, kecerdasan desain, keragaman, dan harga.

TRENDER terbukti menjadi aset di tengah-tengah pandemi ketika ZALORA memperkenalkan COVID-19 Sales Dashboard dalam bantuan merek yang dipengaruhi oleh perubahan mendadak tren ritel dan perilaku konsumen. ZALORA sejauh ini telah mencatat lebih dari 1.000 langganan dalam TRENDER serta bermitra dengan merek global, seperti Nike dan Under Armour.

ZALORA juga menyediakan solusi distribusi online yang memberikan merek akses ke logistik dan kemampuan pengiriman untuk produk yang dijual di situs web dan marketplace mereka. Ini juga dapat mempercepat pertumbuhan merek e-commerce di wilayah ini tanpa pengeluaran modal yang besar.

E-retailer telah diambil oleh Puma dan Superdry dalam ekspansi mereka ke Indonesia dan Filipina. Ia juga ingin memperdalam kemitraannya dengan H&M Group, yang akan meluncurkan koleksi baru. Oleh karena itu kemudian ZALORA bermaksud untuk  memenuhi layanan distribusi di seluruh Asia Tenggara.

"Dengan menjadi enabler dari e-commerce, kami berharap dapat memperdalam dampak ZALORA pada lanskap yang lebih luas di kawasan ini," katanya.

Apa yang diharapkan

Cortini mengatakan merek-merek lifestyle atau gaya hidup — terutama dalam olahraga, pakaian santai, dan anak-anak, serta dalam kategori kesehatan — melihat peningkatan permintaan pada tahun lalu ketika konsumen memprioritaskan kesehatan dan kesejahteraan mereka. Dia mengharapkan ini untuk terus tumbuh di beberapa bagian di Asia Tenggara.

Selain itu, ZALORA juga mengamati adanya kategori yang muncul yang disebut "Earth Edit," yang akan memungkinkan platform e-commerce memperkenalkan berbagai macam produk yang sesuai dengan kriteria keberlanjutan.

Ini juga kemungkinan akan berlanjut karena ia mencatat bahwa hampir 90% pelanggan yang disurvei menunjukkan minat berbelanja untuk produk ramah lingkungan.

"Terus maju, kami juga mengharapkan perdagangan secara langsung dan melalui media sosial tumbuh lebih jauh," katanya.

Live streaming menambah koneksi emosional yang kuat untuk belanja online, yang dapat membantu menjembatani kesenjangan antara pengalaman belanja online dan offline."

Tahun berikutnya, bagaimanapun akan datang tantangan karena konsumen terus bergantung pada e-commerce, kata Cortini. Ini terutama akan muncul ketika merek-merek fashion dan ritel berusaha untuk mengikuti lonjakan permintaan di pasar yang beragam di Asia Tenggara dan meningkatkan upaya e-commerce mereka secara efektif.

Retailer juga mungkin menghadapi kesulitan dalam proses pengiriman, karena tekanan dalam infrastruktur logistik, serta dalam manajemen pembayaran, yang kemungkinan akan menjadi kompleks karena lebih banyak konsumen membeli secara online.

“Ketika langkah terakhir ini tidak ditangani dengan baik, itu dapat menghambat konversi penjualan. Merek harus siap untuk memberikan fleksibilitas sebanyak mungkin di bagian depan ini. Konsumen harus dapat dimungkinkan untuk membayar sesuai keinginan mereka, ”katanya, seraya menambahkan bahwa di ZALORA, metode pembayaran telah diperluas secara signifikan mencakup ShopeePay, GrabPay, Google Play, dan Paypal.

Follow the link for more news on

KCG menguasai brand positioning untuk segmen premium di Indonesia

Mereka mengadopsi solusi berbasis teknologi terbaru untuk sukses mengelola 92 toko ritel di 20 kota di Indonesia.

Melihat lebih dekat pendekatan digital oleh The Mall Group

Mereka telah memperkenalkan layanan inovatif seperti 'chat and shop' dan 'call to order.

Mengembangkan budaya kolaborasi melalui desain generatif AI

Direktur Kreatif dwp menjawab apa yang akan terjadi selanjutnya bagi desainer dengan integrasi AI dalam arsitektur.

3 pilar yang membentuk masa depan ritel di Asia Tenggara

Peritel didorong memprioritaskan digitalisasi, inisiatif pengalaman, dan keberlanjutan untuk tetap kompetitif.

Bagaimana peritel dapat menyeimbangkan strategi omnichannel dengan preferensi konsumen terhadap toko fisik?

Kurang dari setengah konsumen APAC lebih memilih berbelanja online, tetapi kebanyakan masih bergantung pada toko fisik.

Teknologi dan personalisasi mendorong e-commerce di Indonesia

3 eksekutif ritel membandingkan catatan tentang pertumbuhan pesat e-commerce yang didorong oleh teknologi di Retail Asia Forum.

PT ABC President Indonesia mempromosikan ritel dengan kampanye personalisasi digital

COO Dwi Hatmadji menyampaikan strategi keterlibatan Gen Z dan milenial yang sukses di Retail Asia Forum 2024.

Apa yang dibutuhkan brand baru untuk sukses di pasar Asia

Sensitivitas harga tetap menjadi faktor kritis terutama dalam kategori penting seperti makanan dan minuman.

Mengadopsi ritel hyperlocal di Indonesia

Retail Asia Forum di Jakarta membahas kompleksitas penerapan strategi ritel hyperlocal di negara yang beragam seperti Indonesia.