, Singapore
131 views

Sektor Fashion Ambil Alih Sharing Economy: Jasa Sewa Pakaian Semakin Populer di Singapura

Sejak 2015, jasa penyewaan pakaian tengah bermunculan di sektor ritel Singapura

Warga Singapura mulai beralih ke produk busana yang terbuat dari bahan ramah lingkungan, hal yang jarang dilakukan sebelumnya.

Studi Nielsen menemukan bahwa sekitar 80% orang Singapura bersedia membayar harga premium untuk produk-produk yang diproduksi secara berkelanjutan, dan dibuat menggunakan bahan-bahan ramah lingkungan. Lebih lanjut, Survei Persepsi Publik terhadap Perubahan Iklim 2019 mengungkapkan bahwa empat dari lima yang disurvei siap untuk memainkan peran menuju Singapura rendah karbon, bahkan jika itu berarti harus menanggung sejumlah biaya tambahan dan menanggung ketidaknyamanan sebagai konsumen.

Aktivitas peer-to-peer (P2P) berbasis sharing economy telah lama dikomersialisasi untuk layanan penginapan dan transportasi, tetapi tetap merupakan konsep yang dibuat-buat untuk industri ritel mode.

Namun, laporan Knight Frank mengutip bahwa konsumerisme akan menjadi salah satu tren ritel teratas pada tahun 2020, yang dicatat Knight Frank akan memunculkan popularitas penyedia penyewaan pakaian.

Style Theory yang dimulai dengan penyewaan busana di Singapura, yang meluncurkan operasi pada tahun 2016, memulai layanan berdasarkan prinsip yang sama bahwa konsumen telah tumbuh responsif terhadap sharing economy.

“Karena konsumen sudah terbiasa berbagi perjalanan dan berbagi rumah dengan orang asing berkat meningkatnya layanan seperti Grab dan Airbnb, membuat kami berpikir untuk memberi orang kesempatan untuk mengakses pakaian tanpa batas yang disimpan di cloud dengan cara yang berkelanjutan, baik secara finansial maupun lingkungan,”perwakilan dari Style Theory mengatakan kepada Singapore Business Review dalam sebuah pernyataan eksklusif.

Sedangkan penyewaan pakaian hanya digunakan untuk merujuk pada pakaian khusus dan sesekali seperti pakaian formal dan kostum untuk acara berkumpul, kerangka kerja sewa baru di antara toko-toko penyewaan mode sekarang termasuk untuk pakaian yang umum.

Style Theory menawarkan lebih dari 300 potong pakaian dan aksesoris untuk disewakan dari mulai busana pengantin hingga pakaian kerja, serta persewaan tas di mana individu dapat meminjamkan tas mereka dan menerima bagian dari biaya.

Layanan penyewaan pakaian lain yang bermunculan di kancah ritel Singapura, termasuk toko-toko seperti Covetella, Madthreads, dan Fabaholics, dengan Covetella didirikan pada 2015, dan Madthreads dan Fabaholics memulai operasi pada 2018.

Semua toko beroperasi dengan model berlangganan sewa yang sama. Misalnya, di Style Theory, tiga titik harga berbeda sesuai dengan penawaran berlangganan tertentu yang memungkinkan pelanggan untuk menyewa sejumlah barang tertentu dalam jangka waktu seminggu, sebulan, atau untuk waktu yang tidak terbatas.

Pulau ini juga telah melihat beberapa tujuan dan platform fashion bekas peer to peer baik offline dan online, seperti Reebonz, Refash, dan Style Tribute, yang semuanya menambah ekonomi sirkular dalam ritel mode, menurut data dari Euromonitor.

Euromonitor Research Consultant, Radhika Singal mengatakan bahwa kebangkitan bisnis fashion ritel alternatif adalah hasil alami dari melambatnya fashion dan meningkatnya kesadaran konsumen dan pemilik bisnis tentang gaya hidup tanpa limbah yang berkelanjutan.

Jika lebih banyak toko mengadopsi model sewa, Retail And Consumer Analyst Fitch Solutions, Taohai Lin, memperkirakan adanya dampak positif dan negatif untuk industri tertentu seperti hunian mal dan layanan dry cleaning.

Lin mencatat bahwa hunian mal dapat turun, mengingat bahwa bisnis sewa ini membutuhkan lebih sedikit toko fisik dibandingkan dengan ritel konvensional.

Sementara itu, permintaan untuk pergudangan, layanan dry cleaning dan layanan pengiriman akan meningkat, karena model bisnis tersebut bergantung pada ekosistem antara pelanggan, layanan dry cleaning dan gudang mereka.

Hal ini juga dapat meningkatkan permintaan total untuk merek produk mewah atau merk fashion cepat (fast fashion brands), karena mereka sekarang dapat memanfaatkan permintaan baru yang tidak terpenuhi dari pelanggan baru, yang tidak ingin membeli pakaian namun kemungkinan mereka akan menyewa pakaian  terlebih dahulu, tambah Lin.

Raksasa fast fashion H&M telah menambahkan koleksi yang banyak tersedia di toko-toko Singapura. Baru-baru ini juga meluncurkan koleksi pakaian olahraga berkelanjutan, bekerja sama dengan perusahaan Australia PE Nation.

Departement store lokal tidak dapat memilih untuk mengabaikan gangguan yang ada, oleh karena itu department store Takashimaya meluncurkan festival "Love the Earth" pertamanya pada tahun 2019 - acara tahunan hari Bumi selama sebulan untuk memberikan pelanggan pengalaman berbelanja yang lebih sadar terhadap kelestarian lingkungan, kata Lin.

Selain persewaan pakaian, apakah toko yang sudah mapan siap untuk menawarkan pakaian yang secara umum dibuat secara berkelanjutan?

Perwakilan Good Company, Sharon Wong, mengatakan kepada Singapore Business Review bahwa mereka tidak melihat penambahan pakaian berkelanjutan dalam waktu dekat, dimana mencatat rantai pasokan, inventaris, dan logistik sebagai masalah utama.

“Produksi pakaian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan membutuhkan rantai pasokan logistik, material, dan produksi yang sama sekali berbeda. Kami melakukan apa yang kami bisa dengan cara-cara kecil dan terus meningkat, yang mungkin bagi kami saat ini, apa pun yang kurang hanya akan menghilangkan penerapan fungsi ramah lingkungan dan berkelanjutan, ”kata Wong.

Merek fashion Gin Lee Studio berbagi bahwa dalam upaya mereka untuk mendukung produksi yang berkelanjutan, proses pembuatan pakaian mereka mengalami banyak iterasi yang sulit untuk menghasilkan limbah sesedikit mungkin.

"Kami mengembangkan desain kami dari awal, daripada menggunakan metode yang digunakan pasar kebanyakan yaitu dengan hanya membeli sampel dan menirunya untuk mempercepat pengembangan," kata perwakilan Gin Lee Studio.

“Setelah desain ataupun style ditetapkan, kami memasukkannya ke serangkaian tes kinerja sebelum memotong kain kami. Sedangkan untuk produksi, kuantitas dijaga seminimal mungkin untuk mencegah kelebihan persediaan sehingga tersedia pre-order untuk mengurangi permintaan mendadak, ”tambahnya.

KCG menguasai brand positioning untuk segmen premium di Indonesia

Mereka mengadopsi solusi berbasis teknologi terbaru untuk sukses mengelola 92 toko ritel di 20 kota di Indonesia.

Mengembangkan budaya kolaborasi melalui desain generatif AI

Direktur Kreatif dwp menjawab apa yang akan terjadi selanjutnya bagi desainer dengan integrasi AI dalam arsitektur.

3 pilar yang membentuk masa depan ritel di Asia Tenggara

Peritel didorong memprioritaskan digitalisasi, inisiatif pengalaman, dan keberlanjutan untuk tetap kompetitif.

Bagaimana peritel dapat menyeimbangkan strategi omnichannel dengan preferensi konsumen terhadap toko fisik?

Kurang dari setengah konsumen APAC lebih memilih berbelanja online, tetapi kebanyakan masih bergantung pada toko fisik.

Teknologi dan personalisasi mendorong e-commerce di Indonesia

3 eksekutif ritel membandingkan catatan tentang pertumbuhan pesat e-commerce yang didorong oleh teknologi di Retail Asia Forum.

PT ABC President Indonesia mempromosikan ritel dengan kampanye personalisasi digital

COO Dwi Hatmadji menyampaikan strategi keterlibatan Gen Z dan milenial yang sukses di Retail Asia Forum 2024.

Apa yang dibutuhkan brand baru untuk sukses di pasar Asia

Sensitivitas harga tetap menjadi faktor kritis terutama dalam kategori penting seperti makanan dan minuman.

Mengadopsi ritel hyperlocal di Indonesia

Retail Asia Forum di Jakarta membahas kompleksitas penerapan strategi ritel hyperlocal di negara yang beragam seperti Indonesia.

AI mempromosikan perubahan besar dengan reinvensi korporat

Chief digital Siam Piwat Group memuji kekuatan transformatif AI dalam meningkatkan nilai pelanggan, personalisasi, dan kepercayaan brand.