, China
179 views

Peragaan busana virtual sedang booming di China

Peragaan busana secara online di Shanghai Fashion Week disaksikan oleh 800 juta pengguna aktifnya

“Di antara sekian banyak industri yang terpukul oleh pandemi dan pemberlakuan lockdown, banyak pemain di industri fashion di Asia dengan cepat merangkul saluran online dan penggunaan teknologi fashion virtual. Ini terutama terjadi di Cina,” kata konsultan Euromonitor International, Radhika Singal kepada Retail Asia.

Misalnya, Shanghai Fashion Week yang bekerja sama dengan Tmall untuk menyiarkan pertunjukan peragaan busana secara online, di mana konsumen dapat membeli barang saat mereka menonton dan berkomentar secara real time. Para pemain di segmen pakaian olahraga juga mengambil kesempatan, Nike bergerak untuk memanfaatkan ekosistem aplikasi digital dan jaringan pelatih atau instruktur olahraga untuk menginspirasi konsumen di seluruh China untuk tetap aktif dan terhubung saat tinggal di rumah.

Dan acara-acara ini mendapat kesuksesan dimana dihadiri oleh 800 juta pengguna aktif, dan pengguna aktif mingguan untuk semua aplikasi Nike di Cina yang melonjak 80% pada akhir Q3 dibanding kuartal awal. 

Hal ini mencerminkan tren keseluruhan tentang perpindahan ritel offilne ke online. “Konsumen yang beralih ke saluran digital untuk mendapatkan produk, memaksa perusahaan untuk memikirkan kembali atau meluncurkan strategi digital untuk pertama kalinya. Sementara pandemi dapat membuat banyak pemain gulung tikar, disisi lain pandemi ini mempercepat inovasi, digitalisasi, dan ritme produksi serta konsumsi yang sangat dibutuhkan, ”kata Singal.

Dengan ini, e-commerce, serta teknologi seperti augmented reality (AR) dan virtual reality (VR), diharapkan berkembang selama adanya social distancing. Retail fisik akan ditata ulang dengan menggunakan perdagangan yang melibatkan percakapan, 3D fitting rooms dan live streaming di dalam toko.

“Tingkat keparahan penurunan penjualan dan karakter global-nya harus mendorong para pemain fesyen untuk mempertimbangkan strategi berani untuk bertahan hidup, termasuk melakukan kolaborasi dengan pesaing yang belum pernah dipertimbangkan sebelumnya, kemitraan dengan pemasok atau perjanjian dengan pemilik lahan dengan dasar yang saling menguntungkan, membangun rasa kebersamaan akan COVID-19, ”kata Singal.

Namun, sementara perusahaan dengan operasi e-commerce yang ada, sebuah laporan dari Fitch Solutions mencatat bahwa beberapa retail pihak ketiga telah menempatkan fokus yang lebih besar pada pengiriman produk-produk prioritas, menyebabkan gangguan pengiriman untuk sektor fashion. Selanjutnya, penjualan fashion di Cina lewat saluran online masih mencatat penurunan 18,1% dalam dua bulan pertama tahun 2020, meskipun tidak setajam penurunan penjualan offline sebesar 30,9%.

Masih ada pemulihan yang terlihat untuk segmen ini, menurut analis Jefferies Anne Ling, dimana dengan merek yang lebih kuat dan subsegmen yang lebih kuat seperti pakaian olahraga, barang mewah dan kosmetik, pemulihan berlanngsung lebih cepat. “Kupon yang diberikan pemerintah telah membantu dan ada beberapa permintaan terpendam dalam pandangan kami. Sebagian dari permintaan ini mungkin normal. Kami percaya bahwa salah satu faktor kunci pemulihan sektor konsumsi adalah dalam mengendalikan tingkat pengangguran, ”katanya.

Fitch Solutions memperkirakan penurunan belanja konsumen untuk fashion, baik di China maupun global, didorong oleh faktor penawaran dan permintaan, dengan efek yang mungkin akan tetap ada setelah lockdown berakhir , selama sisa tahun 2020 dan dalam jangka waktu menengah. Singal mengutip pakaian desainer kelas atas dan barang-barang mewah yang kemungkinan besar akan menjadi yang paling terpukul, mengingat ketergantungannya yang besar pada pengeluaran dari warga asing. Sementara itu, kategori yang lebih penting dan terjangkau, seperti pakaian santai, akan diuntungkan karena konsumen menghabiskan waktu lebih lama di rumah.

“Konsumsi yang hemat dan potongan harga retail akan lebih mendapatkan tempat karena konsumen mengubah perilaku ke arah saving untuk mengamankan masa depan mereka. Pakaian olahraga akan terdampak juga, tetapi karena termasuk untuk menunjang kesehatan dan rekreasi, kemungkinan akan kurang terdampak jika dibandingkan dengan segmen produk lainnya, ”kata Singal. 

KCG menguasai brand positioning untuk segmen premium di Indonesia

Mereka mengadopsi solusi berbasis teknologi terbaru untuk sukses mengelola 92 toko ritel di 20 kota di Indonesia.

Mengembangkan budaya kolaborasi melalui desain generatif AI

Direktur Kreatif dwp menjawab apa yang akan terjadi selanjutnya bagi desainer dengan integrasi AI dalam arsitektur.

3 pilar yang membentuk masa depan ritel di Asia Tenggara

Peritel didorong memprioritaskan digitalisasi, inisiatif pengalaman, dan keberlanjutan untuk tetap kompetitif.

Bagaimana peritel dapat menyeimbangkan strategi omnichannel dengan preferensi konsumen terhadap toko fisik?

Kurang dari setengah konsumen APAC lebih memilih berbelanja online, tetapi kebanyakan masih bergantung pada toko fisik.

Teknologi dan personalisasi mendorong e-commerce di Indonesia

3 eksekutif ritel membandingkan catatan tentang pertumbuhan pesat e-commerce yang didorong oleh teknologi di Retail Asia Forum.

PT ABC President Indonesia mempromosikan ritel dengan kampanye personalisasi digital

COO Dwi Hatmadji menyampaikan strategi keterlibatan Gen Z dan milenial yang sukses di Retail Asia Forum 2024.

Apa yang dibutuhkan brand baru untuk sukses di pasar Asia

Sensitivitas harga tetap menjadi faktor kritis terutama dalam kategori penting seperti makanan dan minuman.

Mengadopsi ritel hyperlocal di Indonesia

Retail Asia Forum di Jakarta membahas kompleksitas penerapan strategi ritel hyperlocal di negara yang beragam seperti Indonesia.

AI mempromosikan perubahan besar dengan reinvensi korporat

Chief digital Siam Piwat Group memuji kekuatan transformatif AI dalam meningkatkan nilai pelanggan, personalisasi, dan kepercayaan brand.