
Raffles City bertransformasi dengan konsep ritel berbasis pengalaman
Mal ini telah merombak 111.000 kaki persegi ruang ritel sebagai bagian dari redesain besar-besaran.
Raffles City Singapore memperkuat komitmennya terhadap ritel berbasis pengalaman melalui perombakan besar-besaran dengan mengintegrasikan layanan personal, digital touchpoint,dan pengalaman bersantap eksklusif untuk menarik lebih banyak pengunjung.
Mal ini telah merombak 111.000 kaki persegi ruang ritel, menghadirkan lebih dari 50 brand baru yang mewah dan kosmopolitan, serta pengalaman imersif yang berorientasi pada gaya hidup yang melampaui konsep belanja tradisional.
“Kami terus berupaya untuk tetap selaras dengan kebutuhan belanja dan gaya hidup konsumen yang berkembang pesat,” kata Marianne Liow, vice president Raffles City Singapore, kepada Retail Asia.
“Kami selalu mencari cara baru dan inovatif untuk melibatkan pengunjung melalui konsep ritel yang unik dan penawaran gaya hidup berbasis pengalaman yang relevan,” tambahnya.
Dia mengatakan bahwa sejumlah tenant telah menambahkan elemen gaya hidup dan pengalaman, menjadikan mal sebagai destinasi di mana pengunjung dapat bersantai, bersosialisasi, mencari inspirasi, dan menikmati waktu mereka.
“Kombinasi tenant telah kami kurasi dengan cermat untuk melayani beragam demografi yang sering mengunjungi mal kami — dari penduduk lokal hingga turis,” tambahnya.
Di antara tenant yang menonjol adalah Kilian Paris, yang membuka butik pertamanya di Singapura di Raffles City. Toko ini menampilkan Kilian Bar tempat shopper dapat mempersonalisasi parfum mereka.
Breitling SA, pembuat jam tangan mewah asal Swiss, juga telah membuka butik terbesarnya di Singapura di Raffles City, yang untuk pertama kalinya menampilkan koleksi aksesori travel dan gaya hidup brand tersebut di Asia Tenggara.
Sementara itu, toko konsep “Red Ribbon” milik Armani Beauty menampilkan mesin cetak UV untuk produk Armani Privé yang dapat dipersonalisasi.
Butik baru YSL Beauty juga memperkenalkan perangkat YSL Skin Edge, yang menawarkan analisis kulit secara detail dan rekomendasi perawatan kulit yang dipersonalisasi dalam waktu kurang dari 15 menit.
Raffles City juga telah memperluas pilihan kulinernya dengan bekerja sama dengan koki ternama. Sorotannya mencakup Bon Broth, restoran pertama di dunia karya chef André Chiang, Casa Vostra, restoran Italia yang menyajikan pizza dan pasta otentik, serta Mensho Tokyo, brand ramen ternama.
Menanggapi meningkatnya kepedulian terhadap lingkungan, Raffles City telah memperkenalkan Raffles City Green Corner untuk mengedukasi pengunjung tentang daur ulang dan keberlanjutan. Area ini mencakup tempat sampah daur ulang, tampilan edukatif, dan Bag Sharing Station untuk kantong kertas yang tidak terpakai.
Mal ini juga menjadi rumah bagi satu-satunya butik eco-concept L'Occitane en Provence di Singapura, memperkuat komitmennya terhadap keberlanjutan.
Liow mengatakan bahwa perombakan Raffles City merupakan respons terhadap perubahan perilaku konsumen, khususnya di kalangan generasi muda. “Kami harus terus berinovasi,” tegasnya.
“Saat ini, toko tidak lagi sekadar tempat transaksi; mereka adalah ruang dinamis yang dirancang untuk membangun komunitas dan menghadirkan pengalaman yang imersif,” katanya. “Kami melihat apresiasi yang meningkat terhadap pengalaman berbelanja langsung dan interaksi tatap muka dari para pengunjung dan tenant kami.”
Acara dan program eksklusif, seperti yang diperuntukkan bagi anggota Raffles Prestige, juga membantu mal terlibat lebih dalam dengan konsumennya.
Penyegaran ini telah meningkatkan jumlah pengunjung, khususnya di kalangan anak muda yang tertarik pada perpaduan dinamis antara ritel, kuliner, dan pengalaman gaya hidup, kata Liow.
Belanja “Phygital”
Dia mengatakan bahwa toko fisik akan terus melengkapi e-commerce alih-alih bersaing dengannya. “Meskipun telah lama dikhawatirkan bahwa e-commerce akan menenggelamkan toko fisik, beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa brand-brand justru meremajakan ruang fisik mereka agar tetap relevan berdampingan dengan platform digital.”
“E-commerce dan ruang ritel tradisional tidak perlu dilihat sebagai kekuatan yang saling bertentangan; keduanya dapat menawarkan pengalaman yang lebih holistik di mana shopper menikmati yang terbaik dari mengunjungi toko untuk mengeksplorasi produk secara langsung dan menikmati pengalaman unik yang tidak tersedia secara online,” tambahnya.
Elemen inti dari transformasi mal ini juga mencakup integrasi antara elemen digital dan fisik.
“Fleksibilitas yang dicari pembeli saat ini dalam proses pembelian telah mendorong popularitas pengalaman ritel omnichannel, yang juga dikenal sebagai belanja ‘phygital’,” katanya.
Contoh dari pergeseran ini adalah Sephora Store of the Future di Raffles City, di mana sistem kasir mobile memungkinkan beauty adviser membantu dan menyelesaikan transaksi pelanggan di mana saja di dalam toko.
Pengunjung dapat memindai barcode produk untuk mendapatkan masukan real-time melalui aplikasi Sephora, dan tampilan interaktif menampilkan video tutorial dari para kreator.
Dalam lima tahun ke depan, Raffles City berencana untuk menghadirkan lebih banyak brand mewah dan menyusun berbagai pengalaman menarik, kata Liow.