
Mengabaikan konsumen tua bisa membuat retailer rugi besar
Generasi ltua baru di Hong Kong kini lebih konsumtif.
Retailer yang mengabaikan konsumen usia tua bisa kehilangan peluang besar — diperkirakan Hong Kong senior akan membelanjakan hingga US$700 miliar pada 2046, dua kali lipat dibanding sekarang dan lima kali lebih besar dari belanja tahunan kesehatan publik, menurut analis.
“Pada 2046, sepertiga populasi Hong Kong diperkirakan berusia lanjut,” kata Dicky Chow, kepala kesehatan dan inovasi sosial di Our Hong Kong Foundation. “Tantangannya adalah bagaimana benar-benar membuka potensi ekonomi perak.”
Chow menambahkan, meski lansia punya daya beli, tidak berarti mereka mau menghabiskan uang. Banyak merasa pilihan terbatas atau produk dan layanan tidak sesuai kebutuhan mereka.
Generasi lansia sekarang hidup lebih panjang, sehat, dan aktif, sehingga pola konsumsi mereka melampaui kebutuhan dasar, kata Xue Bai, direktur Research Centre for Gerontology and Family Studies di PolyU.
“Generasi baru lansia di Hong Kong memiliki potensi konsumsi besar, dengan permintaan yang meningkat untuk produk dan layanan ramah usia,” katanya. “Perubahan ini mengubah ‘sunset economy’ menjadi ‘sunrise industry’.”
Inovasi produk bisa mencakup perangkat rumah pintar, peralatan dapur ergonomis, dan pakaian adaptif yang menggabungkan gaya dan kenyamanan.
Pemerintah Hong Kong pada Mei mengumumkan 30 langkah untuk mendorong ekonomi perak, termasuk toko khusus dan platform e-commerce.
Namun, pengembangan ekonomi perak butuh peran swasta juga. Chow menekankan keterlibatan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan lansia.
Xue menyebut sedikit lansia yang puas dengan produk ramah usia, dan lebih dari 70% kebutuhan konsumsi mereka belum terpenuhi.
Ketika bisnis menerapkan langkah-langkah ramah usia, lansia dua kali lebih mungkin berbelanja, katanya.
Meski begitu, beberapa kemajuan terlihat, terutama di mal dan restoran. Inisiatif seperti Charter for Age-friendly Shopping Malls mendorong lebih dari 60 mal menyediakan akses tanpa hambatan, keselamatan lebih baik, pelatihan staf, dan produk serta layanan untuk lansia.
Retailer harus meningkatkan infrastruktur, layanan, desain produk, dan pemasaran. Untuk membantu lansia, mereka bisa memakai huruf besar, visual kontras tinggi, dan navigasi sederhana. Chow menyarankan menambahkan gambar dan video.
Lansia biasanya lebih suka berbicara langsung, misal lewat hotline. Xue menambahkan toko sebaiknya menyediakan workshop, meja bantuan, dan panduan belanja online serta pembayaran digital.
Restoran dianjurkan menawarkan makanan lunak dan kemasan kecil, karena banyak lansia tinggal sendiri atau dengan pasangan.
Lansia memiliki kebutuhan beragam. Chow membaginya menjadi “old-old” (80+), pensiunan awal (65+), dan generasi perak masa depan. Old-old butuh perawatan, pensiunan awal mencari hiburan dan wisata, sedangkan usia menengah lebih mandiri dan menguasai teknologi.
Pasar seperti Jepang, AS, dan Singapura bisa menjadi contoh bagi ekonomi perak Hong Kong.
Di Jepang, lebih dari sepertiga populasi berusia 65+, retailer membuat toko lebih aksesibel, memberikan diskon senior, dan produk ramah usia. Supermarket seperti Aeon menyediakan jam belanja khusus lansia, bantuan di toko, dan ruang sosial.