
Hong Kong kehilangan daya tarik sebagai surga belanja akibat tarif
Wisatawan Cina Daratan mungkin akan beralih ke Jepang dan Korea untuk nilai yang lebih baik.
Status Hong Kong sebagai surga belanja bagi wisatawan asal Cina Daratan kian memudar seiring naiknya harga barang impor asal Amerika Serikat akibat tarif tinggi yang membuat pembeli enggan berbelanja.
“Minat wisatawan asal Cina Daratan terhadap produk AS di Hong Kong memang meningkat tajam, tetapi tingkat konversinya tetap rendah,” kata Sean Fu, wakil presiden senior untuk kawasan Cina Raya di Global Payments kepada Retail Asia.
Mereka kemungkinan akan mencari alternatif lain, seperti Jepang dan Korea Selatan, yang sama-sama dikenal karena reputasi kualitas produknya, tambahnya.
“Korea Selatan sangat menarik untuk produk kecantikan dan skincare yang sangat digemari konsumen di Cina, sementara Jepang dikenal luas untuk produk elektronik, peralatan rumah tangga, dan suplemen kesehatan,” kata Fu.
“Kedua negara juga memiliki resonansi budaya yang kuat dengan pembeli asal Cina dan dipersepsikan menawarkan nilai yang sangat baik untuk uang yang dikeluarkan,” tambahnya.
Amerika Serikat dan Cina pada bulan lalu sepakat untuk menghentikan sementara perang dagang yang berisiko mengguncang ekonomi global. Berdasarkan kesepakatan gencatan dagang yang dicapai dalam pertemuan di Jenewa, AS menurunkan tarif terhadap barang-barang asal Cina dari 145% menjadi 30%, sementara tarif balasan Cina atas produk AS turun dari 125% menjadi 10%.
“Wisatawan asal Cina masih antusias berbelanja di Hong Kong, terutama untuk produk yang memiliki selisih harga signifikan, edisi terbatas atau eksklusif dari Hong Kong dengan kualitas yang otentik,” kata Prudence Lai, konsultan di Euromonitor International.
Penjualan ritel Hong Kong menurun selama 14 bulan berturut-turut hingga April, dengan penurunan sebesar 2,3% dibanding tahun sebelumnya, menurut data pemerintah.
Lai mengatakan tren ini mencerminkan lambatnya pemulihan pariwisata serta konsumen lokal yang menahan pengeluaran di tengah kenaikan harga.
Euromonitor memproyeksikan penjualan ritel akan terus turun tahun ini seiring pasar menyesuaikan diri terhadap lemahnya pendapatan pariwisata dan meningkatnya tren belanja cross-border oleh warga Hong Kong.
“Warga lokal Hong Kong semakin sensitif terhadap harga dengan kondisi makroekonomi yang tidak stabil saat ini,” kata Lai. “Faktanya, 67% responden Hong Kong khawatir bahwa biaya kebutuhan sehari-hari akan terus meningkat di tahun 2025,” tambahnya, mengutip survei konsumen terbaru dari Euromonitor.
Lebih dari 80% kunjungan wisatawan ke Hong Kong tahun ini diperkirakan berasal dari kawasan Asia-Pasifik, menurut Euromonitor.
“Ketergantungan pada perjalanan intra-regional ini membuat Hong Kong relatif tahan terhadap ketidakpastian arus wisata akibat kebijakan perdagangan dan imigrasi AS,” katanya.
Di bawah skenario “Total Trump Agenda”, jumlah kedatangan wisatawan ke kawasan ini diperkirakan turun hingga 5%, kata Lai.
“Selain dari lambatnya pemulihan belanja wisatawan, khususnya dari pasar utama seperti Cina, warga lokal Hong Kong kini mengalokasikan anggaran mereka untuk mendapatkan nilai terbaik dari uang yang dikeluarkan,” tambahnya.
Fu menyarankan agar peritel lokal mendiversifikasi produk mereka dengan menyertakan barang-barang premium dari pasar selain Amerika Serikat.