
Restoran fine dining Cina menemukan "hidangan berikutnya" di Singapura
Daya beli tinggi dan komunitas Cina yang besar menjadikan kota Singa sebagai titik masuk yang ideal.
Singapura, yang memiliki komunitas Cina yang dinamis dan daya tarik kuat bagi para ekspatriat, telah muncul sebagai destinasi utama bagi brand F&B asal Cina yang ingin berekspansi secara global, di tengah penurunan belanja barang mewah di Cina Daratan.
“Belanja barang mewah di Cina sedang mengalami tren penurunan, termasuk di sektor fine dining,” kata Joceline Yong, analis berbasis di Singapura dari konsultan konsumen Canvas8, kepada Retail Asia.
Jumlah restoran mewah di kota-kota seperti Shanghai telah berkurang setengahnya menjadi sekitar 1.300, kata Yong, seiring lemahnya angka ketenagakerjaan dan krisis properti berkepanjangan yang berdampak pada kepercayaan konsumen. “Karena itu, brand F&B fine dining asal Cina mulai melihat ekspansi ke luar negeri sebagai cara untuk mengimbangi tantangan yang mereka hadapi di pasar domestik Cina.”
Status Singapura sebagai pusat bisnis, ditambah dengan faktor keamanan, tata kelola yang baik, serta popularitasnya di kalangan ekspatriat dan warga lokal Cina, menjadikannya titik masuk yang ideal, kata Yong.
“Semakin banyak perusahaan Cina yang datang ke Singapura, terutama dalam lima tahun terakhir,” kata Joongshik Wang, leader Asia-Pasifik di EY-Parthenon, kepada Retail Asia. “Singapura menyediakan lingkungan bisnis yang paling transparan dan ramah usaha di dunia, dengan insentif pajak serta dukungan pemerintah untuk membantu perusahaan tumbuh di kawasan ini.”
Dia menambahkan bahwa keunggulan finansial, logistik, dan budaya Singapura menjadikannya basis yang menarik bagi perusahaan yang ingin berekspansi di kawasan ini.
Dalam sebuah laporan di Agustus, Savills Singapore Pte Ltd menyatakan bahwa daya beli yang tinggi dan komunitas Cina yang terus berkembang di Singapura menjadikan negara tersebut pasar yang ideal untuk menguji coba produk baru.
Pada 2022, ekspansi brand F&B asal Cina semakin cepat seiring pemulihan pasar dari pandemi, menurut Savills. Setelah kesuksesan rantai hotpot asal Cina, brand yang mengusung hidangan hot and fragrant pots — dikenal karena rasa pedas dan getir dari lada Sichuan dan cabai — menjadi semakin populer di Singapura.
Brand kopi dan teh asal Cina seperti Heytea, Mixue, CHAGEE, dan Luckin Coffee juga berkembang pesat di negara-kota ini.
Populasi Cina yang besar juga memainkan peran penting dalam kesuksesan brand F&B asal Cina, kata Wang, seraya mencatat bahwa 70% hingga 80% penduduk Singapura adalah keturunan Tionghoa. “Gaya hidup masyarakat Singapura dan ekspektasi terhadap produk selalu berada di tingkat tertinggi, yang berarti brand Cina dapat menguji kualitas dan kekuatan brand mereka di Singapura.”
Dia mencatat jika sebuah brand F&B Cina berhasil di Singapura, kemungkinan besar akan menarik minat komunitas Cina yang lebih luas di Asia Tenggara, yang jumlahnya mencapai 700 juta jiwa.
Yong menambahkan brand F&B Cina dapat mempekerjakan staf berbahasa Mandarin di Singapura, yang memiliki basis orang super kaya dan klien korporat yang kuat, sehingga menciptakan permintaan akan pengalaman bersantap kelas atas.
Menciptakan keunikan
Meski demikian, restoran mewah Cina menghadapi persaingan ketat dari pesaing lokal maupun regional, selain tantangan kekurangan tenaga kerja dan biaya operasional yang tinggi. “Konsumen di Singapura memiliki banyak pilihan, jadi brand harus mampu menawarkan pengalaman yang menarik dan berbeda,” tambahnya.
Untuk tampil menonjol di lanskap kuliner Singapura yang kompetitif, brand fine dining asal Cina menawarkan pengalaman khas yang disesuaikan dengan selera lokal dan ekspatriat, kata Yong.
Yong Fu telah memperkenalkan masakan Ningbo yang belum banyak dikenal, sementara KUN menghadirkan cita rasa Sichuan dalam format bersantap ala omakase, menyimpang dari konsep makan bersama yang lazim dalam kuliner Singapura.
“Konsep F&B fine dining asal Cina seperti Yong Fu dan KUN yang baru-baru ini masuk ke dunia kuliner Singapura menonjol dengan menyajikan pengalaman makan yang unik, eksklusif, dan baru bagi konsumen,” kata Yong.
“Brand seperti Chamoon Hotpot telah meluncurkan menu khusus Singapura seperti kuah mala, dan KUN juga telah menyesuaikan beberapa hidangan untuk memenuhi selera lokal, namun inti dari penawaran brand tersebut tetap harus terhubung dengan akar budayanya,” tambahnya.
Yong mengatakan bahwa brand F&B asal Cina harus mengutamakan keaslian, eksklusivitas, dan kualitas premium untuk mempertahankan pertumbuhan.
Mereka juga perlu membedakan diri melalui warisan budaya.
Selain itu, mereka perlu menerapkan strategi harga yang cermat, karena kenaikan biaya operasional telah mendorong beberapa brand fine dining untuk beralih ke konsep yang lebih kasual dan harga yang lebih terjangkau. “Brand harus memastikan bahwa mereka menawarkan pilihan harga yang dapat diterima dan dipersepsikan memberikan nilai yang cukup bagi konsumen.”