, APAC
512 views
Photo by Tim Douglas via Pexels

Bagaimana peritel dapat menyeimbangkan strategi omnichannel dengan preferensi konsumen terhadap toko fisik?

Kurang dari setengah konsumen APAC lebih memilih berbelanja online, tetapi kebanyakan masih bergantung pada toko fisik.

 

Konsumen di Asia Pasifik menunjukkan preferensi yang bervariasi dalam berbelanja, dengan ketergantungan yang signifikan pada toko fisik meskipun adanya kenaikan ritel online. Peritel menghadapi tantangan mengintegrasikan teknologi digital dengan metode tradisional guna memenuhi kebutuhan yang beragam ini.

Menurut laporan KPMG dan GS1 berjudul 'Navigating the Future of Seamless Commerce in Asia Pacific', hanya persentase kecil konsumen yang dapat bergantung sepenuhnya pada belanja online. Hal ini menekankan pentingnya ritel fisik yang terus berlangsung.

Misalnya, di Indonesia, hanya 8% konsumen yang merasa yakin dapat bergantung sepenuhnya pada belanja online, kemungkinan karena kemajuan dalam layanan pengiriman meskipun adanya tantangan geografis di negara tersebut. Sebaliknya, hanya 1% Filipina dan 2% Singapura yang melaporkan bahwa mereka dapat hidup tanpa toko fisik, menegaskan preferensi yang terus-menerus terhadap pengalaman belanja fisik.

Preferensi saluran

Preferensi konsumen bervariasi secara signifikan di seluruh Asia Pasifik. Sekitar 45% responden memilih omnichannel sebagai saluran pembelian yang mereka sukai, dengan Filipina dan India menunjukkan preferensi tertinggi masing-masing sebesar 61% dan 54%.

Belanja online semakin populer di pasar seperti Hong Kong SAR, China, Vietnam, Indonesia, Singapura, dan Taiwan. Sebaliknya, konsumen di Selandia Baru, Australia, Malaysia, Korea Selatan, Filipina, dan Thailand masih lebih memilih toko fisik.



 

Sementara itu, Jepang lebih memilih toko fisik dibandingkan dengan omnichannel, sedangkan Indonesia menunjukkan preferensi untuk belanja online dibandingkan dengan omnichannel.

Laporan tersebut menyebutkan bahwa faktor-faktor seperti penyebaran geografis, efisiensi pengiriman, dan kebiasaan konsumen mempengaruhi preferensi ini.

“Meskipun pandemi COVID-19 mempercepat belanja online di seluruh wilayah Asia Pasifik, survei kami mengungkapkan bahwa kebiasaan konsumen dalam hal bagaimana, di mana, dan kapan mereka berbelanja tetap sangat bervariasi,” demikian pernyataan laporan tersebut.

Pertumbuhan pasar

Data dari Forrester menunjukkan bahwa di wilayah Asia Pasifik, negara-negara utama seperti Cina, Korea Selatan, Jepang, India, dan Australia diperkirakan akan melihat penjualan ritel online tumbuh dari $2,2 triliun pada 2023 menjadi $3,2 triliun pada 2028. Cina memimpin lonjakan ini, dengan Cina dan Korea Selatan diperkirakan akan melebihi 40% penetrasi ritel online pada 2028.

Secara global, penjualan ritel online diperkirakan akan mencapai $6,8 triliun pada 2028, dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan sebesar 8,9% dari $4,4 triliun pada 2023. Namun, laporan tersebut menekankan bahwa meskipun ada pertumbuhan ini, 76% penjualan ritel global diperkirakan akan tetap offline pada 2028, dengan total mencapai $21,9 triliun.

Perdagangan tanpa hambatan dan strategi ritel

Perdagangan tanpa hambatan kini telah menjadi standar baru, meninggalkan model ritel tradisional yang tertinggal dalam memenuhi tuntutan konsumen, menurut laporan KPMG dan GS1.

Pandemi mempercepat transformasi ini, mendorong peritel berinvestasi besar-besaran dalam teknologi dan menyederhanakan rantai pasokan untuk memenuhi konsumen yang melek digital.

“Tidak hanya mereka berpindah ke online untuk membeli makanan, bahan makanan, dan barang-barang penting lainnya, tetapi migrasi dari bekerja di kantor ke bekerja dari rumah juga meningkatkan permintaan pada kategori seperti pakaian dan perabot rumah karena kebutuhan pakaian santai dan perlengkapan kantor di rumah,” demikian pernyataan laporan tersebut.

Lonjakan aktivitas online ini, bersama dengan peningkatan penggunaan media sosial, memaksa bisnis untuk berinvestasi dalam teknologi untuk meningkatkan keterlibatan pelanggan, rekomendasi produk yang dipersonalisasi, dan manajemen rantai pasokan yang efisien untuk memastikan pengiriman yang lebih cepat dan pengelolaan inventaris yang lebih baik.

Secara regional, platform e-commerce menunjukkan variasi signifikan, dengan pemain dominan seperti Amazon memegang kendali di pasar seperti India, Jepang, dan Hong Kong SAR. Perdagangan sosial dan live streaming juga muncul sebagai tren yang paling cepat berkembang di beberapa pasar Asia Tenggara.

Persaingan sengit antara berbagai solusi e-commerce dan marketplace berlaku di wilayah Asia Pasifik, karena konsumen memprioritaskan platform yang menawarkan berbagai produk yang luas dan pengiriman yang andal. Penetapan harga yang kompetitif, promosi, pengiriman cepat, dan layanan pelanggan yang ditingkatkan adalah beberapa faktor kunci yang mendorong pilihan konsumen ini.

Pertanyaan yang perlu dipertimbangkan:

  • Strategi apa yang dapat diterapkan peritel untuk mengatasi tantangan geografis dan meningkatkan layanan pengiriman untuk pembeli online?
  • Investasi apa yang dilakukan peritel dalam teknologi untuk mendukung transisi menuju perdagangan tanpa hambatan?

Dear Me Beauty berencana membuka flagship store

Store ini dapat menjadi fondasi bagi pertumbuhan pasar yang lebih luas.

Kawan Lama Indonesia mengaburkan batas antara belanja online dan offline

Pengunjung  platform e-commerce grup, Ruparupa.

MR.DIY berekspansi jauh ke pinggiran kota Indonesia

Perusahaan telah tumbuh menjadi lebih dari 850 cabang hanya dalam tujuh tahun.

Semakin banyak peritel Asia Tenggara yang melakukan siaran langsung

Sosial media tidak lagi sekedar tempat berbagi selfie; kini juga menjelma tempat belanja.

Ever Bilena asal Filipina memanfaatkan momentum pertumbuhan terbaru di industri kosmetik

Brand ini mengandalkan Generasi Z di tengah lanskap produk kecantikan yang berkembang pesat.

Lazada Filipina fokus memenuhi semua kebutuhan e-shopper

Shopper membeli berbagai barang dari kebutuhan sehari-hari hingga perhiasan mewah secara daring.

Peritel harus kembali meraih kepercayaan konsumen yang berhemat

Penjual perlu beradaptasi dan lebih melibatkan customer untuk mencegah penurunan penjualan.

Hong Kong K11 MUSEA menjembatani seni, budaya, dan ritel

Pengunjung menemukan brand papan atas dan karya seni setara museum di landmark ritel-budaya ini.

Toys ‘R’ Us Asia mengandalkan ‘Kidult’ untuk mendorong penjualan mainan

Remaja dan orang dewasa berusia 12 tahun ke atas semakin banyak membeli brand mainan ikonik dari era 80-an dan 90-an.