, APAC
1611 views

Shiseido memadukan beauty dan science

Batas antara produk kosmetik dan pengobatan estetika semakin kabur.

Shiseido Co. Ltd., yang berbasis di Tokyo, semakin menggabungkan perawatan kulit dengan pengobatan estetika untuk menjawab meningkatnya permintaan terhadap produk kecantikan berteknologi tinggi.

“Saat ini, banyak konsumen yang memasukkan estetika kecantikan atau kecantikan medis sebagai bagian dari perawatan kulit mereka,” kata Emi Watanabe, global vice president pengembangan produk di Shiseido kepada Retail Asia. “Batas antara produk kosmetik dan pengobatan estetika kini semakin kabur.”

Perusahaan kosmetik terbesar di Jepang dan salah satu yang tertua di dunia ini memanfaatkan teknologi baru, khususnya AI  untuk menyempurnakan proses pengembangan produk seiring meningkatnya ekspektasi konsumen terhadap hasil yang lebih efektif, kata Yuko Ameno, director pengembangan produk Shiseido dalam wawancara online yang sama.

Tahun lalu, perusahaan meluncurkan platform AI milik mereka sendiri bernama Voyager, yang algoritmanya menganalisis berbagai aspek seperti kandungan bahan dan rasio pencampuran, ungkapnya.

Inovasi utama lainnya adalah teknologi Digital 3D Skin milik Shiseido, yang dikembangkan bersama dokter bedah plastik dan Universitas Kedokteran Jichi di Shimotsuke, Jepang.

Alat berbasis AI ini memungkinkan perusahaan mempelajari struktur internal kulit secara mendetail melalui prosedur noninvasif.

Perusahaan juga meningkatkan investasi riset dan pengembangan (R&D) di Asia, dengan fokus pada pasar berkembang di mana permintaan konsumen akan keberlanjutan, perawatan kulit canggih, dan kecantikan holistik  yang tengah membentuk ulang industri.

“Asia adalah wilayah yang sangat beragam, dan kami selama ini fokus pada negara-negara di mana kami kuat, misalnya Taiwan atau Thailand,” kata Watanabe. “Namun, kami ingin memperluas jangkauan kami ke lebih banyak pasar berkembang di Asia.”

Shiseido mencatat kerugian sebesar US$63,7 juta (¥9,3 miliar) tahun lalu, dibandingkan laba sebesar US$165,6 juta (¥24,2 miliar) pada tahun sebelumnya, menurut laporan keuangan konsolidasi yang diunggah di situs web perusahaan.

Pendapatan bersih dari bisnis Shiseido di kawasan Asia-Pasifik (di luar Jepang dan Cina) naik 6,5% menjadi US$490,9 juta (¥71,7 miliar).

Shiseido mengoperasikan tiga fasilitas riset di Asia dengan dua di Cina dan satu di Singapura yang berfokus pada pengujian produk, efektivitas, serta kolaborasi dengan dokter kulit dan universitas.
 

Watanabe mengatakan mereka memiliki lebih dari 1.000 peneliti di seluruh dunia yang bekerja sama dengan pusat riset lain, universitas, dokter kulit, dan ahli kecantikan.

Shiseido menggunakan kemasan produk dan bahan yang berkelanjutan.

“Pembelian produk kini dipilih berdasarkan tujuan pembangunan berkelanjutan,” kata Watanabe. “Mengembangkan bahan kemasan atau metode produksi yang berkelanjutan merupakan isu atau tantangan bagi industri kosmetik.”

Transparansi bahan juga menjadi sangat penting. “Shiseido memenuhi permintaan ini dengan menyediakan informasi yang jelas dan terperinci tentang bahan dan formulasi produknya,” kata Ameno.

Pada 2024, Shiseido berhasil mendapatkan pangsa pasar di Asia dengan produk seperti RevitalEssence Skin Glow Foundation. Foundation ini, yang mengandung Serum First Technology™, niacinamide, dan ekstrak kefir, menjadi produk terlaris di Jepang dan Korea.
 

Perusahaan juga meluncurkan kembali rangkaian produk Vital Perfection dan memperbarui lini Future Solution LX dengan formulasi dan kemasan baru yang terinspirasi dari tekstil Nishijin di Kyoto.

Produk terbaru perusahaan adalah Ultimune Power Infusing Serum, yang disebut Watanabe sebagai “serum perawatan penuaan terbaik berdasarkan penelitian tentang sel T memori.”

Shiseido juga menjalankan kampanye ‘Friends of Shiseido’ yang menampilkan selebritas dari Thailand, Korea, Taiwan, dan India untuk memperkuat kehadirannya di kawasan tersebut.
 

Garnier menargetkan pasar esports untuk memperluas jejak perawatan kulit pria di Asia

Generasi Z dan Milenial kini mengadopsi rutinitas perawatan diri yang sebelumnya dianggap feminin.

Generasi Z mendorong inovasi minuman di Starbucks

Hanya satu dari lima konsep minuman yang lolos dari proses pengujian perusahaan.

Foodpanda memanfaatkan data hyperlocal untuk layanan pengiriman yang lebih personal

Memastikan kecepatan layanan kini menjadi prioritas bagi operasional Foodpanda di Singapura.

Bagaimana retailer bisa menarik konsumen wellness generasi baru di China?

Batas antara kecantikan dan kesehatan semakin kabur.

Mengabaikan konsumen tua bisa membuat retailer rugi besar

Generasi ltua baru di Hong Kong kini lebih konsumtif.

Uniqlo Singapura melakukan uji coba gerai mini untuk konsumen sibuk

Toko ini dikembangkan berdasarkan masukan dari 31 juta pelanggan dan karyawan.

Kreator media sosial memengaruhi pembelian produk kesehatan di Asia Tenggara

Lebih dari setengah konsumen menemukan produk kesehatan melalui media sosial.

YouTube berupaya menggulingkan TikTok sebagai raja video shopping

Dua dari lima konsumen di Asia Tenggara mencari referensi produk melalui video online.

Yum China mengedepankan smart manajemen restoran

Automasi diperkirakan akan mendukung ekspansi perusahaan di seluruh Cina.

IKEA merombak desain toko di kota-kota besar

Pelanggan di Paris, Mumbai, dan London menginginkan panduan belanja yang lebih jelas.