, Vietnam
797 views
Tam Tran - KPMG Vietnam and Cambodia’s Head of Markets Group

Supermarket memimpin pertumbuhan dalam dunia ritel Vietnam yang terus berkembang

One-stop shopping experience menimbulkan tantangan bagi sebagian besar toko kelontong.

PERUBAHAN sedang terjadi di lanskap ritel Vietnam, terutama dengan meningkatnya saluran ritel modern seperti supermarket, hipermarket, dan toko serba ada.

Retail Asia mewawancarai Tam Tran, head of market group di KPMG Vietnam dan Kamboja, mengenai dampak dari penurunan nyata dalam pengeluaran konsumen dan tingkat ekspansi di segmen ritel ini pada 2023.

Dia menyebutkan tekanan inflasi dari pasar real estate dan keuangan, serta melemahnya pasar ekspor secara global, sebagai penyebab penurunan ini. Tetapi Tam mencatat bagaimana supermarket terus tumbuh. Namun, ini terjadi pada tingkat yang berkurang, dengan perkiraan tingkat pertumbuhan berkisar antara 5% dan 7% tahun lalu

"Supermarket benar-benar memberikan kenyamanan bagi konsumen. Mereka menyediakan banyak produk di bawah satu atap," kata Tam. Dia mengatakan toko-toko ini menawarkan pengalaman berbelanja satu atap, memungkinkan konsumen untuk dengan mudah membandingkan produk dan harga, sehingga mengurangi waktu berbelanja.

Selain itu, langkah-langkah pengendalian kualitas yang ketat dari supermarket telah menanamkan kepercayaan pada konsumen mengenai keamanan dan kualitas produk yang dipajang.

Namun, popularitas supermarket dan saluran ritel modern yang semakin meningkat menimbulkan tantangan bagi penjual lokal tradisional, termasuk toko kelontong kecil, yang menyumbang hingga 90% dari struktur ritel Vietnam.

"Peralihan konsumen dari pengecer tradisional ke peritel modern mungkin [menyebabkan] beberapa peritel tradisional ini tutup. Tapi itulah bagian dari tren," kata Tam.

Meningkatnya mini supermarket

Mini supermarket dan toko serba ada juga semakin populer di pusat kota seperti Ho Chi Minh City dan Hanoi, didorong oleh kenyamanan dan aksesibilitas yang mereka tawarkan kepada konsumen dengan gaya hidup yang sibuk.

Tam mengatakan bahwa, di Vietnam, kenyamanan didefinisikan secara unik, seringkali terkait dengan kemampuan untuk memarkir sepeda motor di dekat toko. Hal ini telah menyebabkan proliferasi mini supermarket dan toko serba ada di lingkungan sekitar, menawarkan pengalaman berbelanja yang cepat dan bebas repot.

Selain itu, pengadaan terpusat oleh jaringan toko serba ada memungkinkan mereka untuk menawarkan harga yang kompetitif, di mana hal itu menarik konsumen yang sadar biaya.

Menyadari pentingnya saluran-saluran ini, Tam mengatakan beberapa brand semakin ingin bermitra dengan mini supermarket dan toko serba ada untuk meluncurkan promosi dan produk eksklusif, memanfaatkan popularitas mereka dalam menjangkau audiens yang lebih luas.

Pengaruh e-commerce

E-commerce juga mengalami pertumbuhan yang eksplosif di Vietnam selama dekade terakhir, dengan penjualan mencapai hingga 20%–30% dari total penjualan ritel pada 2023, tergantung pada kategori produk.

Para ahli mencatat bahwa pandemi COVID-19 semakin mempercepat adopsi e-commerce karena lockdown dan langkah-langkah pembatasan sosial mendorong konsumen untuk berbelanja online.

Meskipun e-commerce menawarkan kenyamanan, peritel fisik tradisional, seperti toko serba ada, telah merespons dengan memperluas penawaran mereka dan meningkatkan pengalaman customer. Banyak toko serba ada sekarang beroperasi 24/7, melayani pembeli hingga larut malam dan profesional yang sibuk.

Selain itu, Tam mengatakan kemitraan dengan platform e-commerce memungkinkan toko serba ada menawarkan belanja online dengan opsi pengambilan di toko untuk barang bernilai tinggi seperti smartphone dan laptop.

Peralihan yang berkelanjutan

Seiring pertumbuhan kelas menengah di Vietnam dan berkembangnya preferensi konsumen, Tam mengatakan ada peralihan menuju keputusan pembelian yang lebih berkelanjutan dan etis.

“Kami melihat bahwa konsumen saat ini yang adalah generasi muda Gen Z dan milenial, mereka lebih memilih pembelian yang lebih berkelanjutan dan etis,” katanya kepada Retail Asia.

Konsumen, terutama Gen Z dan milenial, semakin mengutamakan produk ramah lingkungan serta mempertimbangkan kesehatan dan kebugaran dalam keputusan pembelian mereka.

Dia mengatakan brand-brand harus menyesuaikan diri dengan perubahan preferensi konsumen ini dengan mengintegrasikan pertimbangan keberlanjutan dan etika ke dalam model bisnis mereka, memastikan relevansi dan daya saing dalam dunia ritel Vietnam yang dinamis.

Swarovski menguasai TikTok untuk perluas skala luxury di kalangan Gen Z

Produsen Kristal asal Austria ini bekerja sama dengan influencer untuk menjangkau pasar Singapura.

Dear Me Beauty berencana membuka flagship store

Store ini dapat menjadi fondasi bagi pertumbuhan pasar yang lebih luas.

Pasar perawatan hewan peliharaan melejit di Singapura

Mereka menghabiskan uang untuk pelajaran renang, yoga hewan, pilates, dan lainnya.

Jaringan makanan cepat saji asal Cina membidik listing di Hong Kong

Mereka menggunakan kota ini sebagai tempat uji coba untuk ekspansi lebih lanjut ke luar negeri.

Turis dari Shenzhen mendorong permintaan ritel di Hong Kong

Kebijakan masuk yang lebih longgar menguntungkan sektor-sektor terkait pariwisata.

Brand Thailand beralih ke Influencer dalam membuat hype dan meningkatkan profit

Bisnis lokal berada di bawah tekanan untuk bersaing dengan Temu, Shein, dan TikTok Shop.

Lebih banyak peritel di Asia Tenggara melirik kasir self-checkout

Shopper muda dan penetrasi smartphone yang tinggi mendorong tren ini.

‘K-beauty’ menguasai dunia skincare

Produk dengan bahan alami Korea sangat diminati di Cina dan AS.