
Blind Box memacu pertumbuhan koleksi mainan di Pasar Asia-Pasifik
Konsumen terus membeli hingga mendapatkan produk yang mereka inginkan.
Perusahaan mainan koleksi seperti Funko dan Pop Mart mendorong pertumbuhan pasar melalui konsep blind box — tren yang ditandai dengan pembeli tidak mengetahui produk mana yang akan mereka dapatkan saat membeli.
Unsur kejutan mendorong shopper untuk terus membeli, kata Andy Clempson, vice president sales untuk kawasan Asia-Pasifik di Funko yang berbasis di AS, kepada Retail Asia. “Hal ini menjaga loyalitas konsumen dan membuat mereka terus kembali membeli hingga mendapatkan produk yang mereka inginkan.”
Clempson mengatakan segmen micro-collectible dari blind box — yang mencakup berbagai varian dari produk yang sama — menyumbang sekitar 10% dari pasar tahun lalu, dan tumbuh 35% dibandingkan tahun sebelumnya.
Ukuran pasar mainan koleksi global diperkirakan mencapai US$294,2 miliar pada 2023 dan diproyeksikan tumbuh sebesar 5,5% per tahun hingga 2030, menurut Grand View Research.
Perusahaan mainan asal Cina, Pop Mart, juga memanfaatkan strategi “blind” melalui lini produk gantungan tas Labubu. Pada 2019, perusahaan ini bekerja sama dengan seniman asal Belgia, Kasing Lung, untuk meluncurkan produk tersebut, yang didasarkan pada karakter peri berbulu dari seri ceritanya berjudul The Monsters.
Sejak saat itu, Pop Mart telah merilis berbagai versi turunan Labubu, yang menarik perhatian global. Pendapatan dari pasar internasional mencapai US$1,9 miliar (RMB13,5 miliar), menyumbang 29,7% dari total penjualan pada paruh pertama 2024.
Justin Moon, Presiden Pop Mart International, mengatakan bahwa kolaborasi dengan desainer global menjadi kunci keberhasilan Labubu. Ia menambahkan bahwa perusahaan melakukan pelokalan produk dengan menggabungkannya dengan unsur budaya.
Beberapa contohnya adalah vinyl plush Merlion Labubu, figurine Molly dalam ruang bertema bubble tea raksasa di Taiwan, serta Pop Bean Labubu edisi sepak bola eksklusif untuk Inggris.
Clempson mengatakan bahwa Filipina merupakan pasar terbesar bagi Funko. “Yang kami lakukan adalah merilis Funko Pop Jollibee, yang memiliki makna budaya yang sangat besar di Filipina.”
Clempson juga menyatakan bahwa kolaborasi strategis menjadi faktor utama dalam meningkatnya popularitas produk koleksi di kawasan Asia-Pasifik. Funko memiliki lebih dari 1.100 lisensi dengan berbagai brand seperti Disney, Warner Brothers, Universal, dan Netflix.
“Kami berusaha untuk selalu selangkah lebih maju dengan cepat mengidentifikasi mitra kolaborasi potensial dibandingkan yang lain,” katanya. “Setiap bulan, kami menyajikan 100 lini produk baru kepada mitra distribusi kami, yang memungkinkan mereka menghadirkan penyegaran dan inovasi di pasar.”
Baik Funko maupun Pop Mart memperkirakan industri ini akan terus tumbuh dalam beberapa tahun mendatang, didorong oleh kemajuan teknologi, dorongan menuju keberlanjutan, dan peluncuran lebih banyak lini produk.