Pasar e-commerce Indonesia akan tumbuh sebesar 15,5% pada 2024
Hal ini didorong oleh peningkatan penggunaan internet dan smartphone,pendapatan, dan opsi pembayaran online yang aman.
Pasar e-commerce Indonesia diperkirakan akan melonjak sebesar 15,5% pada 2024, didorong oleh pergeseran menuju belanja online, menurut GlobalData.
Pasar mengalami kenaikan sebesar 18,3% pada 2023, mencapai $37,6 miliar (IDR573 triliun), dengan proyeksi akan mencapai $43,4 miliar (IDR661,9 triliun) tahun ini.
Menurut Poornima Chinta, Analis Senior Perbankan dan Pembayaran di GlobalData, faktor-faktor seperti peningkatan penggunaan internet dan smartphone, peningkatan pendapatan, dan opsi pembayaran online yang aman mendorong pertumbuhan ini.
Selain itu, acara belanja online tahunan seperti Black Friday, Cyber Monday, dan Hari Jomblo telah meningkatkan aktivitas e-commerce di negara ini.
Pertumbuhan ini meluas ke kota-kota kecil, dengan kota tier 2 dan tier 3 mengalami adopsi e-commerce yang signifikan, didukung oleh perbaikan infrastruktur digital dan logistik.
Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas), yang diselenggarakan oleh Kementerian Perdagangan dan Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA), juga meningkatkan penjualan setiap tahunnya. Pada 2023, penjualan selama Harbolnas melonjak 13% YoY menjadi $1,7 miliar (IDR25,7 triliun).
Selain itu, solusi pembayaran alternatif juga mendominasi lanskap e-commerce, menguasai 42,4% dari total transaksi pangsa pasar pada 2023 yang dipimpin oleh platform-platform seperti OVO, Go Pay, dan Dana.
MORE LIKE THIS: India's urban e-commerce thriving amidst economic challenges: report
Kemudian ada transfer bank yang menyumbang 30,2% dari total transaksi, sementara kartu, baik kredit maupun debit, mewakili 17,4%.
Namun, transaksi tunai masih ada, menyumbang lebih dari 10% dari pembelian e-commerce, terutama di antara populasi yang tidak memiliki rekening bank dan yang tinggal di daerah pedesaan.
Ke depan, GlobalData memproyeksikan trajektori pertumbuhan yang terus berlanjut, dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan sebesar 12,4% yang diharapkan antara 2024 dan 2028.
“Solusi pembayaran alternatif diharapkan terus memimpin, didorong oleh preferensi yang berkembang untuk solusi pembayaran yang cepat dan nyaman di kalangan demografis yang lebih muda,” kata Chinta.