, Indonesia
333 view s
Photo via Pexels

Industri garmen dan tekstil Indonesia mendesak pemerintah untuk bertindak terhadap impor, biaya, dan ketidakstabilan

Industri menghadapi tantangan seperti rendahnya daya saing, PHK massal, dan pasar ekspor yang menurun.

Sektor garmen dan tekstil di Indonesia memohon dukungan pemerintah yang akan datang untuk menangani masalah impor ilegal, kenaikan biaya, dan ketidakstabilan global.

Dalam laporan GlobalData, asosiasi industri menekankan perlunya dukungan pemerintah karena sektor ini, yang mempekerjakan 3,2 juta orang dan berkontribusi 1,8% terhadap PDB, menghadapi tantangan seperti rendahnya daya saing, PHK massal, dan pasar ekspor yang menurun.

Prabowo Subianto, yang akan menjabat mulai Oktober, berjanji untuk membangun atas kesuksesan pemerintahan sebelumnya, dengan fokus pada pengembangan Indonesia hingga 2045.

Redma Gita Wirawasta, ketua Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen (APSyFI), mencatat prevalensi produk selundupan dan palsu,  menyumbang 60 hingga 70% pasar domestik. Dia mendesak pemerintah untuk segera bertindak, termasuk memberikan larangan dan penyitaan, untuk memfasilitasi penjualan yang sah.

Perdagangan ekspor menghadapi hambatan akibat gangguan rantai pasokan yang disebabkan oleh peristiwa global, termasuk invasi Rusia ke Ukraina dan invasi Israel ke Gaza, yang turut menyebabkan kenaikan tarif pengiriman.

"Visinya sama [dengan Presiden Joko Widodo yang akan pensiun] untuk menjadikan Indonesia sebagai negara maju pada 2045, dan itu membutuhkan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi yang memadai dan adil, yang hanya dapat dicapai jika industri berjalan dengan baik," kata Wirawasta.

Menurut laporan terbaru dari Mordor Intelligence, penjualan tekstil Indonesia diproyeksikan tumbuh sebesar 5,54% setiap tahun selama lima tahun ke depan, mencapai $18,1 miliar pada 2029. Laporan tersebut mengidentifikasi faktor-faktor seperti populasi yang besar, demografi yang muda, kelas menengah yang berkembang, dan urbanisasi yang meningkat mendorong pertumbuhan ini.

Rizal Tanzil, sekretaris jenderal Asosiasi Tekstil Indonesia (API), juga menyoroti tantangan-tantangan kritis bagi pemerintah yang akan datang, termasuk meningkatkan permintaan lokal, meningkatkan daya saing industri, mengurangi biaya utilitas, dan memastikan pasokan tenaga kerja terampil dan bahan baku yang stabil.

Tanzil mengharapkan pemerintah memenuhi janji-janji seperti dukungan untuk kemajuan teknologi seperti 5G dan Internet of Things untuk menambah nilai produk tekstil.

"Isu impor ilegal harus diselesaikan melalui penegakan hukum. Kami berharap proposal industri untuk mengubah sistem pasca perbatasan menjadi sistem perbatasan dapat direalisasikan," katanya.

K3Mart memadukan budaya Korea dan produk UMKM lokal dalam satu gerai

Convenience store itu menyediakan perbandingan produk impor dan produk lokal sebesar 50:50 di 30 outlet mereka.

Meningkatkan penelusuran dan efisiensi manajemen inventaris dengan barcode 2D GS1

Barcode 2D ini berfungsi sebagai penyimpanan data yang kompak.

The Coffee Bean & Tea Leaf menyeimbangkan kualitas dan kenyamanan melalui produk ritel

Mereka memperluas rangkaian produk termasuk berbagai kopi single-origin yang disesuaikan dengan preferensi pemanggangan yang berbeda.

KCG menguasai brand positioning untuk segmen premium di Indonesia

Mereka mengadopsi solusi berbasis teknologi terbaru untuk sukses mengelola 92 toko ritel di 20 kota di Indonesia.

Ini alasan brand-brand mewah meningkatkan investasi AI

Sektor ini telah menginvestasikan lebih dari $360 juta dalam AI selama tiga tahun terakhir.

Bacha Coffee menguasai retail kaya sensorik di Jakarta

Memadukan warisan dan kemewahan, Bacha Coffee Plaza Senayan menghadirkan pengalaman unik bagi pecinta kopi Indonesia.

Bagaimana WCT Malls meningkatkan penjualan tenant melalui pemasaran terarah

Melalui pemasaran terarah, mal ini meningkatkan penjualan tenant dan tingkat okupansi.

Langkah besar untuk GOPIZZA: 2.000 toko di akhir 2024

CEO GOPIZZA bertujuan menjadikan brand tersebut sebagai pizza terjangkau  dan terbaik dari Asia Tenggara ke seluruh dunia.

Peritel harus bersiap untuk ‘commerce tanpa batas’

Ahli dari KPMG memprediksi akhir dari perbedaan ritel online dan offline seiring dinamika keterlibatan konsumen.