, Indonesia
486 views
Photo via Pexels

Industri garmen dan tekstil Indonesia mendesak pemerintah untuk bertindak terhadap impor, biaya, dan ketidakstabilan

Industri menghadapi tantangan seperti rendahnya daya saing, PHK massal, dan pasar ekspor yang menurun.

Sektor garmen dan tekstil di Indonesia memohon dukungan pemerintah yang akan datang untuk menangani masalah impor ilegal, kenaikan biaya, dan ketidakstabilan global.

Dalam laporan GlobalData, asosiasi industri menekankan perlunya dukungan pemerintah karena sektor ini, yang mempekerjakan 3,2 juta orang dan berkontribusi 1,8% terhadap PDB, menghadapi tantangan seperti rendahnya daya saing, PHK massal, dan pasar ekspor yang menurun.

Prabowo Subianto, yang akan menjabat mulai Oktober, berjanji untuk membangun atas kesuksesan pemerintahan sebelumnya, dengan fokus pada pengembangan Indonesia hingga 2045.

Redma Gita Wirawasta, ketua Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen (APSyFI), mencatat prevalensi produk selundupan dan palsu,  menyumbang 60 hingga 70% pasar domestik. Dia mendesak pemerintah untuk segera bertindak, termasuk memberikan larangan dan penyitaan, untuk memfasilitasi penjualan yang sah.

Perdagangan ekspor menghadapi hambatan akibat gangguan rantai pasokan yang disebabkan oleh peristiwa global, termasuk invasi Rusia ke Ukraina dan invasi Israel ke Gaza, yang turut menyebabkan kenaikan tarif pengiriman.

"Visinya sama [dengan Presiden Joko Widodo yang akan pensiun] untuk menjadikan Indonesia sebagai negara maju pada 2045, dan itu membutuhkan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi yang memadai dan adil, yang hanya dapat dicapai jika industri berjalan dengan baik," kata Wirawasta.

Menurut laporan terbaru dari Mordor Intelligence, penjualan tekstil Indonesia diproyeksikan tumbuh sebesar 5,54% setiap tahun selama lima tahun ke depan, mencapai $18,1 miliar pada 2029. Laporan tersebut mengidentifikasi faktor-faktor seperti populasi yang besar, demografi yang muda, kelas menengah yang berkembang, dan urbanisasi yang meningkat mendorong pertumbuhan ini.

Rizal Tanzil, sekretaris jenderal Asosiasi Tekstil Indonesia (API), juga menyoroti tantangan-tantangan kritis bagi pemerintah yang akan datang, termasuk meningkatkan permintaan lokal, meningkatkan daya saing industri, mengurangi biaya utilitas, dan memastikan pasokan tenaga kerja terampil dan bahan baku yang stabil.

Tanzil mengharapkan pemerintah memenuhi janji-janji seperti dukungan untuk kemajuan teknologi seperti 5G dan Internet of Things untuk menambah nilai produk tekstil.

"Isu impor ilegal harus diselesaikan melalui penegakan hukum. Kami berharap proposal industri untuk mengubah sistem pasca perbatasan menjadi sistem perbatasan dapat direalisasikan," katanya.

Uniqlo Singapura melakukan uji coba gerai mini untuk konsumen sibuk

Toko ini dikembangkan berdasarkan masukan dari 31 juta pelanggan dan karyawan.

Kreator media sosial memengaruhi pembelian produk kesehatan di Asia Tenggara

Lebih dari setengah konsumen menemukan produk kesehatan melalui media sosial.

YouTube berupaya menggulingkan TikTok sebagai raja video shopping

Dua dari lima konsumen di Asia Tenggara mencari referensi produk melalui video online.

Yum China mengedepankan smart manajemen restoran

Automasi diperkirakan akan mendukung ekspansi perusahaan di seluruh Cina.

IKEA merombak desain toko di kota-kota besar

Pelanggan di Paris, Mumbai, dan London menginginkan panduan belanja yang lebih jelas.

Hong Kong kehilangan daya tarik sebagai surga belanja akibat tarif

Wisatawan Cina Daratan mungkin akan beralih ke Jepang dan Korea untuk nilai yang lebih baik.

CJ Olive Young berupaya menarik wisatawan yang mencari ‘glass skin’ ala K-beauty

Layanan pemindaian kulit gratis mendorong loyalitas hingga ke luar Korea.

Shiseido memadukan beauty dan science

Batas antara produk kosmetik dan pengobatan estetika semakin kabur.

Levi’s mengandalkan ‘North Star’ Asia dalam mendorong pertumbuhan

Strategi premiumisasi memungkinkan unit Jepang mencatat pertumbuhan tercepat di kawasan.

Pelonggaran aturan acara komersial bisa mendorong pop-up dan meredakan krisis ritel

Interaksi sosial selama acara dipandang sebagai masa depan ritel dan pengembangan mix-use.