, APAC
693 views

Tiga cara pelaku ritel dapat melayani 'budgeter’

Budgeter adalah seseorang yang tidak mau membelanjakan lebih dari yang diperlukan.

Dengan tekanan inflasi sebagai fokus utama, pelaku ritel dihadapkan pada tantangan baru untuk menyesuaikan strategi harga bagi pembeli yang menuntut nilai tanpa mereka mengorbankan keberlanjutan dan kualitas. Pembeli seperti ini disebut budgeter, menurut perusahaan pemasaran Euromonitor International.

Jenis pembeli seperti ini mengadopsi perilaku pembelanjaan baru yang disebut "keberlanjutan dengan proksi", yang berarti memilih produk berkelanjutan yang memiliki dampak minimal terhadap lingkungan serta memilih model berbasis langganan atau memperbaiki barang yang sudah lama dibandingkan  membeli yang baru.

Tren ini dengan cepat mendapatkan popularitas. Euromonitor dalam studinya mengidentifikasi kesenjangan antara mayoritas konsumen (75%) yang tidak berencana untuk meningkatkan pengeluaran dengan lebih dari peritel (55%) yang ingin menaikkan harga produk demi membantu bisnis mereka bertahan.

Peritel, oleh karena itu, harus memenuhi keinginan budgeter. Salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan memberikan peluang pada produk yang akan membantu konsumen membeli barang yang terjangkau dan berkelanjutan, menurut Research Consultant Euromonitor International, Sahiba Puri.

Program hadiah

Layanan buyback dan penjualan kembali oleh IKEA Thailand dikembangkan sebagai respons terhadap perilaku budgeter. Dengan jutaan furniture bekas dibuang ke tempat pembuangan sampah, toko furniture ini membeli kembali kursi, rak, atau lemari berlaci bekas yang sudah dibeli. Sebagai ganti furniture IKEA bekas, pembeli menerima kartu hadiah yang memungkinkan mereka membeli item baru di dalam toko.

“Dengan melakukan itu, maka pelaku ritel dapat menawarkan produk brand dengan harga yang lebih terjangkau sehingga mereka bisa melayani audiens yang lebih besar. Kedua, itu  membantu mereka memperpanjang umur produk,” kata Puri.

Ben Chien, managing director di  AnyMind di Tiongkok Raya, mengatakan bahwa mereka yang mendukung prinsip berkelanjutan dapat memberi saran kepada orang-orang tentang cara menjaga barang-barang preloved bertahan lebih lama.

“Ada toko furniture terjangkau yang sangat mudah dibangun dan digunakan. Tapi mungkin daya tahan mereka mungkin tidak bertahan lama. Misalnya, umur simpan beberapa meja bisa bertahan 20 tahun,'' kata Chien, yang mengawasi operasi AnyMind di Hong Kong, Taiwan, dan Cina Daratan,  kepada Singapore Business Review.

Chien juga menyarankan agar brand dapat membuat program yang mempromosikan produk bekas. Salah satu contohnya adalah kemitraan IKEA Singapura dengan Carousell pada April 2022, yang memperpanjang umur simpan produknya melalui transaksi barang bekas atau free-cycling di Carousell. Pembeli yang melakukannya kemudian menerima voucher Perlindungan Carousell atau  IKEA Family point.

Per 31 Desember 2022, juru bicara IKEA Singapura mengatakan kepada Singapore Business Review bahwa lebih dari 6.754 anggota family member IKEA dan pengguna Carousell berpartisipasi dalam program hadiah. Transaksi furniture IKEA tumbuh sebesar 30,5% sejak program tersebut dimulai.

IKEA juga mengatakan bahwa pembeli yang mungkin menerima barang palsu atau yang tidak memenuhi syarat untuk daftar bisa mendapatkan pengembalian uang. Perusahaan bertujuan untuk memiliki 100% dari semua bahan bersumber terbarukan atau berdaur ulang pada 2030.

Carousell, yang dikenal luas sebagai pasar barang bekas, telah menjalankan bisnis barang bekas sejak 2012. Pada 2021, Carousell membukukan pendapatan $49,5 juta dan fokus untuk mendapatkan keuntungan lebih dalam tiga hingga empat tahun ke depan.

Jasa perbaikan dan persewaan

Konsumen juga bisa memilih untuk memperbaiki barang elektroniknya daripada membeli yang baru, kata Puri. Dengan demikian, konsumen dapat memilih untuk menyewa atau mengambil penawaran berbasis langganan.

“Dengan cara ini, maka peritel memberikan tingkat fleksibilitas untuk segmen konsumen  di mana mereka tidak perlu melakukan pembelian besar atau membeli barang besar,” kata Puri.

“Pada saat yang sama, konsumen dapat menggunakannya secara teratur dengan membayar langganan bulanan. Jadi mereka tetap dapat memiliki produk ini selama yang mereka butuhkan,” kata Puri menambahkan.

Salah satu contohnya adalah Bundlee, layanan persewaan baju bayi di Inggris. Layanan ini menawarkan konsep berlangganan untuk membantu orang tua menyewa pakaian bayi dengan harga murah. Orang tua dapat menghemat lebih dari S$319 (EUR300) sementara mereka hanya perlu membayar sebesar S$41,60 (EUR39) untuk layanan berlangganan Bundlee.

Model bisnis Bundlee mengurangi 86% emisi karbon dan 96% penggunaan air dibandingkan dengan mendapatkan produk pakaian yang baru di toko.

Portofolio seimbang

Puri mengatakan meskipun budgeter memiliki anggaran yang ketat, bisnis tidak perlu menukar profitabilitas dengan imbalan menawarkan produk yang berkelanjutan atau bekas. Bisnis dapat memanfaatkan item preloved untuk mempertahankan bisnis mereka sambil tetap mempertahankan produk inti mereka.

“Ini tentang portofolio produk yang ditawarkan dan cara terbaik peritel memutuskan portofolio mana yang harus benar-benar baru versus di mana mereka dapat menyertakan produk bekas,” kata Puri.

Dia juga menyarankan penerapan Buy Now, Pay Later sebagai skema pembayaran yang sedang berkembang yang biasa digunakan untuk audiens yang kurang terlayani.

Chien mengatakan perdagangan barang bekas sudah berlangsung sejak lama tetapi telah berkembang karena mudahnya menjual barang bekas hanya dengan menjepret foto dan menemukan komunitas yang membuat produk tersebut lebih trendi.

Dia menambahkan, tren keberlanjutan juga muncul, dengan generasi muda yang menaikkan popularitas tren itu.

Sebuah studi Boston Consulting Group 2022 menemukan bahwa pasar barang bekas bernilai 3% hingga 5% dari keseluruhan sektor pakaian jadi, alas kaki, dan aksesori. Sektor ini bahkan bisa tumbuh sebanyak 40%.

Konsumen Generasi Z kemungkinan besar akan membeli (31%) dan menjual (44%) barang preloved, diikuti oleh milenial.

Saat bisnis berebut untuk mengatasi volatilitas dalam perilaku konsumen yang berkembang, bisnis yang dapat menawarkan opsi yang terjangkau dan ramah lingkungan akan menonjol.

KCG menguasai brand positioning untuk segmen premium di Indonesia

Mereka mengadopsi solusi berbasis teknologi terbaru untuk sukses mengelola 92 toko ritel di 20 kota di Indonesia.

Melihat lebih dekat pendekatan digital oleh The Mall Group

Mereka telah memperkenalkan layanan inovatif seperti 'chat and shop' dan 'call to order.

Mengembangkan budaya kolaborasi melalui desain generatif AI

Direktur Kreatif dwp menjawab apa yang akan terjadi selanjutnya bagi desainer dengan integrasi AI dalam arsitektur.

3 pilar yang membentuk masa depan ritel di Asia Tenggara

Peritel didorong memprioritaskan digitalisasi, inisiatif pengalaman, dan keberlanjutan untuk tetap kompetitif.

Bagaimana peritel dapat menyeimbangkan strategi omnichannel dengan preferensi konsumen terhadap toko fisik?

Kurang dari setengah konsumen APAC lebih memilih berbelanja online, tetapi kebanyakan masih bergantung pada toko fisik.

Teknologi dan personalisasi mendorong e-commerce di Indonesia

3 eksekutif ritel membandingkan catatan tentang pertumbuhan pesat e-commerce yang didorong oleh teknologi di Retail Asia Forum.

PT ABC President Indonesia mempromosikan ritel dengan kampanye personalisasi digital

COO Dwi Hatmadji menyampaikan strategi keterlibatan Gen Z dan milenial yang sukses di Retail Asia Forum 2024.

Apa yang dibutuhkan brand baru untuk sukses di pasar Asia

Sensitivitas harga tetap menjadi faktor kritis terutama dalam kategori penting seperti makanan dan minuman.

Mengadopsi ritel hyperlocal di Indonesia

Retail Asia Forum di Jakarta membahas kompleksitas penerapan strategi ritel hyperlocal di negara yang beragam seperti Indonesia.