, Malaysia
507 views
Photo from ZALORA

Dua alasan pusat pemenuhan Zalora tidak mengikuti futurisme

Strategi ZALORA memungkinkan pemrosesan hingga 200.000 pesanan setiap hari.

Ketika memperluas fasilitas, sebagian besar perusahaan memprioritaskan peningkatan peralatan dan estetika; namun, ZALORA mengambil pendekatan yang berbeda.

Pusat pemenuhan ZALORA seluas 700.000 kaki persegi di Malaysia, yang mampu menyimpan 7 juta item dan memproses hingga 200.000 pesanan setiap hari, mungkin tidak memenuhi ekspektasi futuristik yang khas. Alih-alih menggunakan robot untuk packing atau menggunakan drone, ZALORA lebih mengutamakan perangkat lunak daripada perangkat keras. Pilihan ini mencerminkan keputusan strategis yang menghargai efisiensi operasional dibandingkan estetika.

"Anda mungkin tidak melihat konveyor yang sangat canggih memindahkan barang dari titik A ke titik B. Namun, investasi sebenarnya ada pada teknologi yang mendasari sistem ini. Ini tentang bagaimana karyawan kami mengoptimalkan sistem manajemen gudang," kata Vykintas Mineikis, regional senior operations director ZALORA kepada Retail Asia.

Aplikasi yang melengkapi gudang

Seorang karyawan di pusat pemenuhan ZALORA dapat memproses 300 item per jam. Operasi di pusat pemenuhan dimulai dengan proses inbound, di mana produk diterima dan disimpan. Manajemen inventaris sangat penting pada tahap ini, karena setiap item dikatalogkan dan ditempatkan di rak yang telah ditentukan untuk akses mudah.

“Misalnya, sepatu ditempatkan di rak setinggi mata karena Anda dapat langsung melihat deskripsi dari kotaknya tanpa harus menariknya keluar. Kotak yang berisi barang-barang yang memerlukan pemeriksaan ukuran dan warna ditempatkan di bagian bawah untuk memudahkan akses,” kata Mineikis.

Setelah item-item tersebut ditempatkan, mereka siap untuk dicantumkan dalam inventaris online yang menandai mereka tersedia untuk pemenuhan pesanan.

Ketika pesanan dilakukan, proses picking dimulai, dengan item-item diambil dari lokasi penyimpanan mereka. Ini diikuti dengan penyortiran pesanan yang dipersiapkan untuk packing.Setelah packing, item-item  tersebut kemudian menjalani proses logistik untuk dikirim ke pelanggan.

Karyawan kemudian mengoptimalkan Sistem Manajemen Pesanan In-house ZALORA, yang mengotomatiskan proses inbound dengan memindai item menggunakan aplikasi pemindai mobile yang dapat digunakan pada perangkat Android.

Teknologi ini memungkinkan staf untuk memindai barcode pada item dan menghubungkannya ke lokasi tertentu di dalam gudang. Ketika item dipindai dan diproses, item tersebut secara otomatis dicantumkan di situs web perusahaan agar pelanggan dapat membelinya. Sebaliknya, ketika sebuah item terjual dan dipindai keluar, item tersebut segera dihapus dari inventaris online.

Sistem ini memastikan bahwa inventaris fisik  secara akurat tercermin  dalam daftar online, hal itu merampingkan proses dari rak gudang hingga pembelian pelanggan. Integrasi dan fungsionalitas sistem ini memicu perkembangan lebih lanjut akan kemampuan dan teknologi di baliknya.

Sistem feedback

Alasan lain mengapa ZALORA memilih untuk tidak terlalu banyak berinvestasi dalam perangkat keras adalah karena mereka mendengarkan masukan dari semua karyawan, mulai dari operator hingga supervisor, dan mengadaptasi perbaikan apa pun yang dapat digunakan untuk meningkatkan operasional.

"Selama setahun, lebih dari 2.000 saran diajukan, rata-rata lebih dari enam per hari, menggambarkan tenaga kerja yang sangat terlibat dan proaktif," kata Mineikis.

Salah satu contoh praktis dari perbaikan ini adalah penyesuaian yang dilakukan pada proses picking. Awalnya, sebuah ide sederhana diajukan untuk meningkatkan efisiensi kegiatan picking dan sorting. Saran ini melibatkan penambahan fitur tambahan di sisi picking yang belum pernah diterapkan sebelumnya.

"Hasilnya adalah peningkatan produktivitas yang signifikan, dengan efisiensi picking meningkat lebih dari 10%," tambah Mineikis.

Perbaikan terus-menerus ini tidak hanya tentang membuat penyesuaian kecil, tetapi juga tentang mengevaluasi ulang tata letak ruang kerja untuk memastikan itu optimal bagi karyawan dan efisiensi. Pendekatan ini menyoroti komitmen pusat untuk memperbaiki proses melalui masukan langsung dari karyawan dan penyesuaian praktis, menciptakan lingkungan perbaikan berkelanjutan dan operasional yang unggul.

Swarovski menguasai TikTok untuk perluas skala luxury di kalangan Gen Z

Produsen Kristal asal Austria ini bekerja sama dengan influencer untuk menjangkau pasar Singapura.

Uniqlo Singapura melakukan uji coba gerai mini untuk konsumen sibuk

Toko ini dikembangkan berdasarkan masukan dari 31 juta pelanggan dan karyawan.

Kreator media sosial memengaruhi pembelian produk kesehatan di Asia Tenggara

Lebih dari setengah konsumen menemukan produk kesehatan melalui media sosial.

YouTube berupaya menggulingkan TikTok sebagai raja video shopping

Dua dari lima konsumen di Asia Tenggara mencari referensi produk melalui video online.

Yum China mengedepankan smart manajemen restoran

Automasi diperkirakan akan mendukung ekspansi perusahaan di seluruh Cina.

IKEA merombak desain toko di kota-kota besar

Pelanggan di Paris, Mumbai, dan London menginginkan panduan belanja yang lebih jelas.

Hong Kong kehilangan daya tarik sebagai surga belanja akibat tarif

Wisatawan Cina Daratan mungkin akan beralih ke Jepang dan Korea untuk nilai yang lebih baik.

CJ Olive Young berupaya menarik wisatawan yang mencari ‘glass skin’ ala K-beauty

Layanan pemindaian kulit gratis mendorong loyalitas hingga ke luar Korea.

Shiseido memadukan beauty dan science

Batas antara produk kosmetik dan pengobatan estetika semakin kabur.

Levi’s mengandalkan ‘North Star’ Asia dalam mendorong pertumbuhan

Strategi premiumisasi memungkinkan unit Jepang mencatat pertumbuhan tercepat di kawasan.