, Malaysia
339 view s
Photo from ZALORA

Dua alasan pusat pemenuhan Zalora tidak mengikuti futurisme

Strategi ZALORA memungkinkan pemrosesan hingga 200.000 pesanan setiap hari.

Ketika memperluas fasilitas, sebagian besar perusahaan memprioritaskan peningkatan peralatan dan estetika; namun, ZALORA mengambil pendekatan yang berbeda.

Pusat pemenuhan ZALORA seluas 700.000 kaki persegi di Malaysia, yang mampu menyimpan 7 juta item dan memproses hingga 200.000 pesanan setiap hari, mungkin tidak memenuhi ekspektasi futuristik yang khas. Alih-alih menggunakan robot untuk packing atau menggunakan drone, ZALORA lebih mengutamakan perangkat lunak daripada perangkat keras. Pilihan ini mencerminkan keputusan strategis yang menghargai efisiensi operasional dibandingkan estetika.

"Anda mungkin tidak melihat konveyor yang sangat canggih memindahkan barang dari titik A ke titik B. Namun, investasi sebenarnya ada pada teknologi yang mendasari sistem ini. Ini tentang bagaimana karyawan kami mengoptimalkan sistem manajemen gudang," kata Vykintas Mineikis, regional senior operations director ZALORA kepada Retail Asia.

Aplikasi yang melengkapi gudang

Seorang karyawan di pusat pemenuhan ZALORA dapat memproses 300 item per jam. Operasi di pusat pemenuhan dimulai dengan proses inbound, di mana produk diterima dan disimpan. Manajemen inventaris sangat penting pada tahap ini, karena setiap item dikatalogkan dan ditempatkan di rak yang telah ditentukan untuk akses mudah.

“Misalnya, sepatu ditempatkan di rak setinggi mata karena Anda dapat langsung melihat deskripsi dari kotaknya tanpa harus menariknya keluar. Kotak yang berisi barang-barang yang memerlukan pemeriksaan ukuran dan warna ditempatkan di bagian bawah untuk memudahkan akses,” kata Mineikis.

Setelah item-item tersebut ditempatkan, mereka siap untuk dicantumkan dalam inventaris online yang menandai mereka tersedia untuk pemenuhan pesanan.

Ketika pesanan dilakukan, proses picking dimulai, dengan item-item diambil dari lokasi penyimpanan mereka. Ini diikuti dengan penyortiran pesanan yang dipersiapkan untuk packing.Setelah packing, item-item  tersebut kemudian menjalani proses logistik untuk dikirim ke pelanggan.

Karyawan kemudian mengoptimalkan Sistem Manajemen Pesanan In-house ZALORA, yang mengotomatiskan proses inbound dengan memindai item menggunakan aplikasi pemindai mobile yang dapat digunakan pada perangkat Android.

Teknologi ini memungkinkan staf untuk memindai barcode pada item dan menghubungkannya ke lokasi tertentu di dalam gudang. Ketika item dipindai dan diproses, item tersebut secara otomatis dicantumkan di situs web perusahaan agar pelanggan dapat membelinya. Sebaliknya, ketika sebuah item terjual dan dipindai keluar, item tersebut segera dihapus dari inventaris online.

Sistem ini memastikan bahwa inventaris fisik  secara akurat tercermin  dalam daftar online, hal itu merampingkan proses dari rak gudang hingga pembelian pelanggan. Integrasi dan fungsionalitas sistem ini memicu perkembangan lebih lanjut akan kemampuan dan teknologi di baliknya.

Sistem feedback

Alasan lain mengapa ZALORA memilih untuk tidak terlalu banyak berinvestasi dalam perangkat keras adalah karena mereka mendengarkan masukan dari semua karyawan, mulai dari operator hingga supervisor, dan mengadaptasi perbaikan apa pun yang dapat digunakan untuk meningkatkan operasional.

"Selama setahun, lebih dari 2.000 saran diajukan, rata-rata lebih dari enam per hari, menggambarkan tenaga kerja yang sangat terlibat dan proaktif," kata Mineikis.

Salah satu contoh praktis dari perbaikan ini adalah penyesuaian yang dilakukan pada proses picking. Awalnya, sebuah ide sederhana diajukan untuk meningkatkan efisiensi kegiatan picking dan sorting. Saran ini melibatkan penambahan fitur tambahan di sisi picking yang belum pernah diterapkan sebelumnya.

"Hasilnya adalah peningkatan produktivitas yang signifikan, dengan efisiensi picking meningkat lebih dari 10%," tambah Mineikis.

Perbaikan terus-menerus ini tidak hanya tentang membuat penyesuaian kecil, tetapi juga tentang mengevaluasi ulang tata letak ruang kerja untuk memastikan itu optimal bagi karyawan dan efisiensi. Pendekatan ini menyoroti komitmen pusat untuk memperbaiki proses melalui masukan langsung dari karyawan dan penyesuaian praktis, menciptakan lingkungan perbaikan berkelanjutan dan operasional yang unggul.

K3Mart memadukan budaya Korea dan produk UMKM lokal dalam satu gerai

Convenience store itu menyediakan perbandingan produk impor dan produk lokal sebesar 50:50 di 30 outlet mereka.

Meningkatkan penelusuran dan efisiensi manajemen inventaris dengan barcode 2D GS1

Barcode 2D ini berfungsi sebagai penyimpanan data yang kompak.

The Coffee Bean & Tea Leaf menyeimbangkan kualitas dan kenyamanan melalui produk ritel

Mereka memperluas rangkaian produk termasuk berbagai kopi single-origin yang disesuaikan dengan preferensi pemanggangan yang berbeda.

KCG menguasai brand positioning untuk segmen premium di Indonesia

Mereka mengadopsi solusi berbasis teknologi terbaru untuk sukses mengelola 92 toko ritel di 20 kota di Indonesia.

Ini alasan brand-brand mewah meningkatkan investasi AI

Sektor ini telah menginvestasikan lebih dari $360 juta dalam AI selama tiga tahun terakhir.

Bacha Coffee menguasai retail kaya sensorik di Jakarta

Memadukan warisan dan kemewahan, Bacha Coffee Plaza Senayan menghadirkan pengalaman unik bagi pecinta kopi Indonesia.

Bagaimana WCT Malls meningkatkan penjualan tenant melalui pemasaran terarah

Melalui pemasaran terarah, mal ini meningkatkan penjualan tenant dan tingkat okupansi.

Langkah besar untuk GOPIZZA: 2.000 toko di akhir 2024

CEO GOPIZZA bertujuan menjadikan brand tersebut sebagai pizza terjangkau  dan terbaik dari Asia Tenggara ke seluruh dunia.

Peritel harus bersiap untuk ‘commerce tanpa batas’

Ahli dari KPMG memprediksi akhir dari perbedaan ritel online dan offline seiring dinamika keterlibatan konsumen.