, APAC
187 views
Photo by Polina Kovaleva on Pexels

Brand didorong untuk lebih transparan dalam perawatan kecantikan

Konsumen semakin cermat dan mudah mengenali klaim bahan yang palsu.

Brand kosmetik yang ingin memasuki atau memperluas pasar dalam kategori clean beauty disarankan untuk membangun kepercayaan melalui klaim yang didukung sains dan transparansi bahan. Hal ini mengingat hampir setiap produk kini mengklaim hanya menggunakan bahan alami, menurut para ahli perawatan kecantikan.

Konsumen juga telah menjadi lebih cermat dan dengan mudah dapat mengenali pernyataan yang tidak benar.
“Dibandingkan beberapa tahun lalu, transparansi bahan kini telah bergeser dari sekadar ‘nilai tambah’ menjadi suatu ‘keharusan,’” kata Annie Yao, Head of Growth di Flywheel Asia Tenggara, kepada Retail Asia.

Yao memperkirakan perusahaan kosmetik akan terus beralih ke konsep clean beauty—sebuah gerakan dalam industri kecantikan yang menekankan penggunaan produk berbahan aman, tidak beracun, dan ramah lingkungan—sebagai standar baru, seiring meningkatnya permintaan konsumen akan produk yang lebih alami.

Clean beauty juga mencakup kepedulian terhadap planet. Brand-brand clean beauty sering menggunakan bahan yang berkelanjutan dan dapat didaur ulang untuk mengurangi jejak karbon mereka.

Ukuran pasar global clean beauty diperkirakan mencapai US$8,25 miliar pada 2023 dan diproyeksikan tumbuh sebesar 14,8% per tahun dari 2024 hingga 2030, menurut Grand View Research. Pertumbuhan pasar ini didorong oleh meningkatnya kekhawatiran konsumen terhadap keamanan produk kosmetik, dampak lingkungan, dan kandungan bahan berbahaya dalam produk kecantikan dan perawatan pribadi.

Yao mencatat bahwa selain menawarkan formulasi yang bersih, brand juga perlu menguasai seni bercerita. Brand yang menyoroti asal-usul dan efektivitas bahan secara menarik cenderung lebih berhasil menarik minat beli konsumen, tambahnya.

“Peluncuran produk-produk di sektor kecantikan akan mengarah ke hal  yang lebih bersih,” katanya. “Kemungkinan akan ada lebih sedikit bahan, namun lebih banyak pembahasan tentang asal-usul bahan tersebut dan efektivitasnya.”

Yao mengatakan bahwa dari perspektif disrupsi, menarik untuk mengamati bagaimana biaya produksi kosmetik menurun dalam dua hingga tiga tahun terakhir. “Hal ini terutama didorong oleh pasar seperti Cina, di mana kemungkinan ada masalah kelebihan kapasitas dalam produksi skincare. Akibatnya, kita melihat kemunculan generasi baru produk clean beauty.”

Konsumen di kawasan Asia-Pasifik bersedia membayar 10% hingga 20% lebih mahal untuk produk yang mereka pedulikan, “dan itu mencakup bahan-bahan alami dan premium,” kata Egle Tekutyte, innovation consultant di Euromonitor International.

Kenneth Carsula, manajer di divisi YCP Interactive Solutions, firma konsultan yang berbasis di Singapura, mengatakan bahwa clean beauty telah membuat konsumen menjadi lebih cermat terhadap bahan yang mereka aplikasikan ke kulit.

“Sekarang sangat penting untuk membangun kredibilitas dan reputasi di ruang clean beauty dengan benar-benar mengakses sumber daya yang tepat,” katanya. Ini termasuk ilmuwan atau dermatolog yang “berbicara dalam bahasa yang bisa dipahami konsumen Anda, tetapi juga memiliki pengetahuan luas di industri ini.”

‘1.200 bahan’

Carsula mengatakan media sosial telah menyederhanakan perjalanan belanja konsumen, memungkinkan mereka untuk langsung menelusuri bahan-bahan begitu melihat produk secara online. Karena itu, transparansi menjadi sangat penting bagi merek.

JeeSeon Park, chief sustainability officer di L'Oréal North Asia, mengatakan bahwa produk Helena Rubinstein Replasty Age Recovery Skin Regeneration Night Care—salah satu produk paling diminati mereka—menggunakan energi hijau dan pelarut nonpetrokimia seperti air dalam proses produksinya. Produk ini juga mengandung Pro-Xylane, bahan berbasis green chemistry yang meningkatkan produksi elemen penting pembentuk kulit.

L’Oréal North Asia menggunakan sistem penilaian dampak lingkungan dan sosial pada produknya, dari peringkat A hingga E, kata Park. “Produk dengan peringkat ‘A’ dianggap yang terbaik dalam hal dampak lingkungan.”

“Skor ini memberikan gambaran akurat tentang dampak produk L’Oréal dengan mempertimbangkan 14 faktor dampak planet, seperti emisi gas rumah kaca, kelangkaan air, pengasaman laut, atau dampaknya terhadap keanekaragaman hayati, yang diukur pada setiap tahap siklus hidup produk,” tambahnya.

Perusahaan kosmetik asal Prancis ini—yang terbesar di dunia—juga memiliki kamus bahan bernama Inside Our Products yang bisa diakses konsumen secara daring untuk mendapatkan informasi mendalam tentang bahan-bahannya.

“Direktori utama ini menawarkan informasi mendetail mengenai lebih dari 1.200 bahan, termasuk asal-usul, manfaat, dan profil keamanannya,” kata Park. “Direktori ini juga menampilkan bagian khusus untuk menjawab pertanyaan umum tentang bahan tertentu serta membahas kekhawatiran konsumen terhadap potensi alergen atau iritan.”

 

Swarovski menguasai TikTok untuk perluas skala luxury di kalangan Gen Z

Produsen Kristal asal Austria ini bekerja sama dengan influencer untuk menjangkau pasar Singapura.

Dear Me Beauty berencana membuka flagship store

Store ini dapat menjadi fondasi bagi pertumbuhan pasar yang lebih luas.

Kawan Lama Indonesia mengaburkan batas antara belanja online dan offline

Pengunjung  platform e-commerce grup, Ruparupa.

Brand didorong untuk lebih transparan dalam perawatan kecantikan

Konsumen semakin cermat dan mudah mengenali klaim bahan yang palsu.

MR.DIY berekspansi jauh ke pinggiran kota Indonesia

Perusahaan telah tumbuh menjadi lebih dari 850 cabang hanya dalam tujuh tahun.

Semakin banyak peritel Asia Tenggara yang melakukan siaran langsung

Sosial media tidak lagi sekedar tempat berbagi selfie; kini juga menjelma tempat belanja.

Ever Bilena asal Filipina memanfaatkan momentum pertumbuhan terbaru di industri kosmetik

Brand ini mengandalkan Generasi Z di tengah lanskap produk kecantikan yang berkembang pesat.

Lazada Filipina fokus memenuhi semua kebutuhan e-shopper

Shopper membeli berbagai barang dari kebutuhan sehari-hari hingga perhiasan mewah secara daring.

Peritel harus kembali meraih kepercayaan konsumen yang berhemat

Penjual perlu beradaptasi dan lebih melibatkan customer untuk mencegah penurunan penjualan.