PT ABC President Indonesia mempromosikan ritel dengan kampanye personalisasi digital
COO Dwi Hatmadji menyampaikan strategi keterlibatan Gen Z dan milenial yang sukses di Retail Asia Forum 2024.
INSIGHT yang dibagikan oleh Dwi Hatmadji, COO PT ABC President Indonesia, di Retail Asia Forum 2024 di Jakarta pada 16 Mei lalu benar-benar membuka mata. Dalam membahas peran penting konsumen dan teknologi di ritel Indonesia ,dia mempresentasikan studi kasus mendetail yang menunjukkan kampanye sukses yang memanfaatkan interaksi digital personalisasi untuk meningkatkan penjualan.
Hatmadji memulai dengan mengidentifikasi kekuatan utama yang mendorong perubahan di sektor ritel Indonesia: konsumen dan teknologi. Dia menyoroti lanskap generasi yang beragam, dari Generasi Alpha hingga Generasi Silent, dengan fokus khusus pada Milenial dan Gen Z.
“Secara global, milenial dan Gen Z mencakup sekitar 26% dari populasi, atau sekitar 2 miliar orang. Di Asia Pasifik, kelompok ini mencakup sekitar 22%, atau sekitar 1 miliar orang,” kata Hatmadji. “Di Indonesia, Milenial dan Gen Z mewakili 28% dari populasi, sekitar 75 juta orang, menjadikannya pasar yang substansial dalam ritel.”
Dia menjelaskan teknologi mempengaruhi perilaku konsumen secara berbeda di berbagai wilayah, dengan tingkat adopsi yang bervariasi yang menghadirkan tantangan dan peluang bagi peritel.
Dalam hal ini, Hatmadji membagikan wawasan tentang teknologi ritel inovatif, seperti “Just Walk Out Technology” dari Amazon Go, dan bagaimana konsep serupa berkembang pesat di Asia. “Di Shanghai, toko-toko sudah menerapkan teknologi ini, dan Marina Bay Sands di Singapura memiliki 7-Eleven dengan Scan & Go,” katanya.
Pengalaman ritel yang dipersonalisasi
Bagian inti dari presentasi Hatmadji adalah studi kasus dari PT ABC President Indonesia yang menunjukkan kekuatan menggabungkan teknologi dengan keterlibatan konsumen yang terlokalisasi.
Selama pandemi, perusahaan berkolaborasi dengan boy band populer asal Korea Selatan yaitu NCT untuk meluncurkan kampanye yang menargetkan Gen Z dan milenial.
“Kami menggunakan teknologi yang lebih manusiawi, mengintegrasikan sistem kode unik yang menghasilkan hingga 100 juta permutasi untuk pembelian produk,” jelas Hatmadji. “Konsumen dapat memasukkan kode ini secara online untuk mendapatkan kesempatan memenangkan perjalanan ke Korea Selatan atau berpartisipasi dalam gim online eksklusif."
Kampanye ini juga menampilkan e-card personalisasi dan kursus bahasa, mengambil celah dari maraknya K-pop dan menggunakan solusi big data dari mitra ritel Alfamart.
“Tanggapannya luar biasa. Keterlibatan sangat tinggi, dan ada pertumbuhan penjualan dua digit selama pandemi,” kata Hatmadji. “Peringkat kesehatan brand kami juga mencapai puncaknya, dan mitra ritel kami senang dengan peningkatan traffic dan buzz di media sosial.”
Menyesuaikan strategi ritel
Hatmadji juga menekankan pentingnya menyesuaikan teknologi dengan konteks lokal sambil menjaga privasi data konsumen.
“Konsumen dan teknologi akan terus membentuk ritel, dan menjaga data pribadi sangatlah penting,” dia menegaskan. Dia menyoroti pergeseran dari kartu loyalitas fisik ke aplikasi digital dan kebutuhan bagi perite,l untuk lebih berinvestasi dalam menciptakan pengalaman yang berkesan daripada hanya berfokus pada transaksi.
Sebagai kesimpulan, Hatmadji menekankan pentingnya mengadopsi strategi omnichannel. “Konsumen tidak peduli apakah mereka membeli secara online atau offline. Yang penting adalah memberikan pengalaman yang mulus di kedua saluran,” katanya.
Dia mengakui tantangan dalam mengintegrasikan AI dan machine learning ke sektor ritel tetapi juga menekankan pentingnya mengikuti permintaan pasar.