
‘K-beauty’ menguasai dunia skincare
Produk dengan bahan alami Korea sangat diminati di Cina dan AS.
Peritel beauty asal Korea Selatan sedang menguasai pasar skincare global dengan menggunakan bahan-bahan tradisional seperti ginseng dan teh hijau untuk membantu konsumen mencapai kulit yang sangat diidamkan, yaitu “glass skin.”
“Tren kecantikan yang fokus pada bahan, yang menekankan fungsionalitas dan efektivitas bahan baku, semakin mendapat perhatian di seluruh dunia, terutama di Cina dan AS,” kata Lisa Hong, konsultan dan market specialist beauty dan fashion di Euromonitor, kepada Retail Asia.
Brand K-beauty telah memanfaatkan tren ini dengan menunjukkan efektivitas ilmiah dari bahan tradisional Korea seperti jamur, kacang mung, dan bunga teratai, tambahnya.
“Bahan-bahan ini telah menjadi pendorong utama popularitas K-beauty, bersamaan dengan meningkatnya kesadaran konsumen di AS, di mana pembeli semakin teliti dalam memilih bahan,” tambah Hong.
Ekspor kosmetik Korea naik 21% menjadi $10,2 miliar pada 2024 dibandingkan tahun sebelumnya, dengan produk skincare dasar menyumbang 75% dari total tersebut, yakni sebesar $7,67 miliar, menurut Kementerian Keamanan Pangan dan Obat Korea.
Hal ini menjadikan Korea Selatan sebagai eksportir kosmetik terbesar ketiga di dunia. Berdasarkan negara, Cina menjadi tujuan utama dengan nilai ekspor $2,5 miliar, diikuti oleh AS dengan $1,9 miliar dan Jepang dengan $1 miliar.
Tren kecantikan Korea menjadi penentu tren di industri kecantikan dan skincare khususnya bagi konsumen Asia, menurut firma intelijen pasar Mintel Group Ltd. dalam laporan bulan September 2024.
“Mereka dikenal karena menciptakan tampilan yang disesuaikan dengan wajah Asia dan dihargai karena keterjangkauannya, yang sangat penting di masa inflasi global,” tambahnya.
Brand skincare yang baru-baru ini menjadi lebih populer di luar negeri dibandingkan di Korea termasuk Clear Rice Sunscreen dari Beauty of Joseon, Anua Mugwort 77% Soothing Toner, dan Skin1004 Madagascar Centella Light Cleansing Oil, kata Hong.
Hwajun Lee, associate director beauty dan personal care di Asia dan Pasifik di Mintel, mengatakan bahwa tren kecantikan ini mendorong konsumen untuk mencoba produk dengan bahan-bahan unik.
“Contohnya, produk yang menggunakan bahan fermentasi seperti houttuynia cordata (tanaman chameleon) dan lendir siput, yang tidak mudah ditemukan di negara lain, sangat baik untuk melembapkan dan memperbaiki kulit,” katanya.
Tanaman ini, yang dikenal di Asia Tenggara karena khasiat medisnya, baru-baru ini menjadi bahan yang dicari dalam formulasi skincare Jepang dan Korea, menurut Health Facts Time.
Lee mengatakan bahwa teknologi LipCure Beam dari Amorepacific Corp. menunjukkan bagaimana brand beauty asal Korea Selatan mengintegrasikan kemampuan diagnostik, perawatan, dan makeup ke dalam produk inovatif tunggal.
Penjualan Amorepacific naik 5,9% menjadi $2,9 miliar (₩4,26 triliun) pada 2024 dibandingkan tahun sebelumnya, didorong oleh kinerja yang kuat di pasar global, terutama di wilayah Barat, menurut situs webnya.
“Dulu, K-beauty berpusat pada harga rendah melalui brand road shop, namun kini telah sejajar dengan brand-brandpremium, bahkan hingga memiliki produk tiruan,” kata Hong.
Ia menambahkan bahwa pasar K-beauty harus mempertahankan identitas dan penekanan pada bahan-bahan agar tidak menjadi tren sesaat yang cepat memudar.
“Di AS, ada produk tren yang datang dan pergi, seperti produk sun care dengan gliter,” katanya. “K-beauty akan bertahan lama jika tidak kehilangan identitasnya yang menekankan bahan-bahannya tanpa terbawa tren.”