
‘Shoppertainment’ TikTok mendorong kesuksesan mega sale
Video di platform ini digunakan tidak hanya untuk hiburan, tetapi juga untuk mendorong e-commerce.
Para peritel beralih dari tahap penemuan produk hingga pembelian dalam sekejap dengan menjadikan hiburan sebagai bagian dari pengalaman berbelanja di acara mega sale TikTok tahun ini.
Video pendek, penawaran dengan batas waktu, konten buatan pengguna, dan kolaborasi dengan influencer telah muncul sebagai strategi utama bagi brand-brand yang ingin mendorong keterlibatan dan penjualan di platform daring ini, kata Matty Lin, General Manager Global Business Solutions TikTok Asia Tenggara, kepada Retail Asia.
“Penjualan melalui livestream selling juga telah menjadi pendorong kuat keterlibatan dan pembelian konsumen di Asia Tenggara,” katanya. “Di TikTok, ini menjadi peluang besar bagi brand untuk meningkatkan penemuan produk dan mendorong penjualan, terutama selama periode berdampak tinggi seperti Mega Sale.”
Brand fesyen asal Malaysia, ZUCCA, menggunakan paket sponsor konten TikTok, yang meningkatkan jumlah pembeli daring sebesar 9,5%, kata Lin.
Gross merchandise value (GMV) — metrik bisnis yang mengukur total nilai penjualan dalam suatu periode waktu — dari brand-brand yang melakukan live menggunakan LIVE Shopping Ads TikTok, yang membantu pengguna menemukan dan menonton video LIVE mereka, lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan mereka yang tidak menggunakan fitur ini, tambah Lin.
Lin juga menyoroti tren seperti #TikTokMadeMeBuyIt, yang telah mengumpulkan lebih dari 10 juta unggahan secara global, sebagai pendorong besar dalam peningkatan kesadaran dan penjualan.
“Melakukan siaran langsung membantu brand mempercepat pertumbuhan pesanan, menjaga stabilitas nilai GMV, dan menghasilkan pengembalian investasi iklan (return on ad spend) yang lebih tinggi, di mana kami melihat fitur LIVE menyumbang lebih dari 40% GMV dari para penjual papan atas kami,” tambahnya.
Dia mendorong brand untuk melakukan sesi live setidaknya tiga jam setiap hari, dengan mencatat bahwa naskah yang terstruktur dengan baik dapat meningkatkan tingkat tontonan 10 detik lebih dari 56%, sementara kurasi produk yang tepat dapat meningkatkan tingkat konversi lebih dari 78%.
Lin menyarankan agar penjual menyesuaikan video mereka tergantung pada tipe audiens target mereka — apakah pemburu diskon, pembeli praktis, inspirasional, atau yang berbelanja dengan tujuan tertentu. “Setiap persona membutuhkan pendekatan kreatif yang berbeda,” katanya.
Dia menambahkan bahwa iklan yang fokus pada toko juga dapat meningkatkan visibilitas produk dan menghasilkan lebih banyak interaksi. “Tujuan akhirnya bukan hanya menciptakan kesadaran, tetapi juga mengubah interaksi menjadi penjualan,” tambahnya.
Brand disarankan untuk menjadikan produk mereka sebagai SKU Hero — yaitu unit produk yang sangat diminati dan terjual lebih dari 30 kali per hari selama 30 hari terakhir. Produk yang paling sukses, disebut sebagai SKU Super Hero, bahkan bisa melebihi 100 pesanan harian.
Bagi brand yang berjualan di TikTok Shop, Lin mengatakan bahwa meningkatkan kehadiran daring melalui Shop Tab — fitur yang membawa pengguna langsung ke portal belanja hanya dengan satu sentuhan — adalah hal yang krusial.
“Pengguna yang menjelajahi Shop Tab adalah pembeli dengan niat tinggi, dan dengan menjalankan Product Shopping Ads, brand dapat memastikan produk mereka tampil menonjol dan menjangkau pengguna di titik krusial dalam perjalanan belanja mereka.”
‘Relatable dan kredibel’
Brand yang menjalankan Product Shopping Ads TikTok — alat yang memungkinkan mereka menambahkan opsi belanja dalam video — dapat mencapai penjualan pertama tujuh hari lebih cepat dibandingkan dengan mereka yang tidak menggunakan fitur ini, kata Lin.
Hampir 60% dari penjual papan atas memanfaatkan konten kreator untuk meningkatkan GMV mereka, ujar Lin.
Ekonomi kreator kini menjadi alternatif yang menguntungkan dibandingkan pemasaran tradisional. Menurut laporan GlobalData, influencer memberikan pengembalian yang lebih tinggi bagi bisnis dengan menjangkau audiens target secara langsung.
Lin mencatat bahwa 57% pengguna mencari ulasan produk yang autentik, dan 50% mencari demo produk — menjadikan kepercayaan sebagai elemen penting dalam interaksi konsumen di TikTok.
“Kreator memainkan peran kunci dalam membangun kepercayaan ini, karena konten mereka seringkali dianggap lebih relatable dan kredibel,” katanya. “Brand dapat berkolaborasi dengan kreator melalui TikTok Creator Marketplace dan memanfaatkan keaslian ini untuk memperkuat hubungan dengan audiens, mengubah kepercayaan menjadi interaksi yang bermakna dan tingkat konversi yang lebih tinggi.”
Brand juga perlu menyesuaikan strategi penjualan mereka agar selaras dengan beragam budaya dan perilaku belanja di Asia Tenggara, kata Lin.
Puncak belanja musiman seperti Ramadan di Indonesia dan Malaysia memberikan peluang unik untuk menjalin keterlibatan. Data TikTok menunjukkan peningkatan penjualan produk makanan Indonesia sebesar 75% secara tahunan selama periode tersebut.
“Asia Tenggara adalah wadah peleburan budaya, masing-masing dengan preferensi dan perilaku belanja yang unik,” katanya. “Brand perlu mempertimbangkan nuansa pasar ini dan menyesuaikan strategi penjualan mereka dengan tepat.”